Header Ads Widget

Pater Nus Nurek, SVD : Moment merayakan Dirgahayu Republik Indonesia di Negara Republik Demokratik Congo-Afrika

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-77 DARI REPUBLIK DEMOCRATIC CONGO-AFRIKA.

Foto di Republik Congo
Cinta orang Congo tidak kecil untuk kami, Selamat dan proficiat. Dirgahayu untuk Republik Indonesia dari RD Congo Afrika. Pater Nus Nurek Merayakan HUT Kemerdekaan RI-77


umpungjayasiar.com,Congo. Dari Douzième rue industriel Kinshasa, kami menuju Septième rue di kota yang sama. Jalan banyak debu, sebab belum ada sentuhan aspal. Keluar dari gerbang, berarti Anda siap menyaksikan debu yang berterbangan. Tetapi, orang-orang yang lalu lalang tampak tak peduli. Berbeda dengan kami bertiga. Lengkap dengan masker hitam Made in Indonesia. Karena banyak debu di luar, maka kami bermasker. Bukan karena Corona.

Foto Republik Congo
Menuju Septième rue tentu juga anda harus naik motor. Satu motor minimal dua penumpang. Gonceng Tiga Orang atau GTO dalam versi Indonesianya. Memang begitu. Sepeda motor di sini dirancang khusus untuk GTO. Tetapi alasan utamanya adalah bayar bisa pake patungan. Sangat simple. Meng-ojek adalah pilihan yang bagus untuk kebanyakan orang muda untuk memiliki pekerjaan. Mereka bahkan dibekali dengan kemampuan mumpuni untuk mengendarai motor. Bagaimana tidak? Penumpang semacam kami dengan bobot masing-masing sekitar 70-80 kg dengan begitu gampang dibonceng. Begitu melewati jalan berlubang atau patahan aspal yang curam, kok biasa-biasa saja. Belum lagi zig-zag di tengah kepadatan kendaraan. Begitu "jago". Voila, benar-benar mahir. Di jamin, akan tiba di tempat tujuan dengan selamat.


Di Septième, terkesan sangat sederhana soal welcoming atau "Bienvenue". Ada dua spanduk dibentangkan di dinding pagar. "Dirgahayu Republik Indonesia KE-77 " dan "Ste. Claire Intercède Pour Nous." Tulisannya begitu menyentuh kedalaman hati. Apalagi, mereka yang menyambut kami tampak begitu ramah. Dengan 2-3 kali saling "toki' kepala, kami sudah disambut dengan gaya Congo-Afrika. Segala tentang debu jalan, atau jalan yang buruk, hilang memang dari pikiran, apalagi aneka Bir telah disuguhkan di atas meja. Tinggal pilih! Beuffort atau King Turbo? Heineken atau Castel? Soal rasa, wah dijamin menggoda.

Foro HUT RI 77 Di republik demoktratik Congo
Baca juga yang ini; Pemerintah Desa belajar tentang pengembangan sorgum untuk ketahanan pangan, perbenihan dan peningkatan pendapatan

Basa-basi yang biasa adalah tetap tertawa lepas. Dan memoles sedikit senyuman di bibir, menjadi bentuk keramahan. Sangat pas. Itu untuk kami yang belum bisa berbahasa Perancis. Apalagi bahasa Linggala. Di kota Kinshasa sebagai ibu kota negara, paling tidak 2 bahasa ini yang digunakan. Sebagai orang baru dari bahasa yang berbeda, tentu senyum manis adalah respond yang paling mumpuni untuk menjawab aneka pertanyaan.

Percayalah, orang Congo-Afrika ramah-ramah. Paling tidak itulah kesan kami sebagai orang asing di sini. Apalagi, moment merayakan Dirgahayu Republik Indonesia di negara Congo adalah bentuk keramahan yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ini murni inisiatif mereka. Acara kecil nan sederhana tapi memberi banyak makna di sana.

Pertama, tentu ini adalah bentuk kekeluargaan yang ingin terus terjalin. Mereka menyebut kami anggota keluarga mereka. Tidak lagi sekadar "Bienvenue au Congo - Selamat Datang di Congo", tetapi kini mereka ingin merangkul kami dengan lebih erat, masuk ke dalam rumah atau lingkungan hidup mereka, dan siap menjadi anak-anak mereka.

Kedua, sebagai misionaris SVD, tentu kami mendapatkan dukungan moril untuk tidak merasa takut berkarya di Negara Congo. Apapun situasinya, kurang lebih, baik buruk, kacau atau huru hara, macam manapun, Congo kini adalah rumah dan ladang karyamu. Kalau sudah ada di Congo, jadilah orang Congo. Paling tidak begitulah pesan tersiratnya.
   Kira-kira begitu. Ini cuma pesta kecil. Tetapi, cinta orang Congo tidak kecil untuk kami. Selamat dan proficiat. Dirgahayu untuk Republik Indonesia dari RD Congo Afrika.


RDC, 17 août 2022

Pater Nus Nurek, SVD

Posting Komentar

2 Komentar