Header Ads Widget

Hebat dan Luar Biasa !!! Sorgum Atau Pesi, Tanaman Pangan Lokal Bisa Hidup Di Lahan Kritis



Aksi penanaman sorgum untuk perbenihan dan pangan di desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Rabu (30/3/2022)

Pengembangan sorgum untuk benih dan pangan terhadap isu Perubahan Iklim

umpungjayasiar.com,RUTENG. Yayasan Ayo Indonesia bersama dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas petani tentang cara budidaya tanaman pangan jenis sorgum bagi anggota Kelompok Tani Ca nai, Kelompok Tani Melo, Kelompok Tani Ntungal I, II, dan Kelompok Tani Pesi I, Rabu (30/3/2022), bertempat di rumah Gendang Ntungal, Desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan. Pelatihan ini mengikutsertakan peserta sebanyak 38 orang utusan kelompok-kelompok tani sorgum, staf dari Yayasan Ayo Indonesia, Pemerintah desa Golo Ndari dan Melo. Kegiatan ini didukung oleh Yayasan KEHATI Jakarta.


Mansianus Jemarus,SP, Kepala Seksi Produksi, Perbenihan dan Pascapanen Tanaman Pangan di Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, narasumber pada pelatihan budidaya sorgum tersebut, menjelaskan kepada para peserta bahwa pelatihan ini merupakan kegiatan tindaklanjut dari komitmen Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa Melo dan Golo Ndari untuk mengembangkan atau menghidupkan lagi pesi (sorgum) sebagai pangan alternatif yang dulu sangat popular dikonsumsi oleh warga di sepanjangan daerah aliran sungai wae pesi, termasuk kampung Pesi dan Ntungal.



Praktek menanam sorgum di lahan kritis, di desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur

Baca juga yang ini : 
Perubahan Iklim sedang mengancam kita semua, khususnya kelompok-kelompok rentan

Kedua desa ini, lanjut Mansi, telah dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam hal ini Dinas Pertanian sebagai desa model pengembangan sorgum untuk perbenihan dan pangan (konsumsi), menindaklanjuti peraturan Bupati Manggari Timur No 34 Tahun 2021 Tentang Pengembangan Sorgum Sebagai Pangan Alternatif di kabupaten Manggarai Timur. Peraturan Bupati tersebut diharapkan mendorong budidaya dan konsumsi sorgum oleh masyarakat setempat.


Pada pelatihan budidaya sorgum tersebut, para peserta diajarkan tentang cara membangun kebun perbenihan sorgum, mulai dari tahap penyiapan lahan, penanaman, pengaturan jarak tanam, pemeliharaan dan pengolahan paska panen.

Namun, Mansi menegaskan kepada peserta pelatihan bahwa hari ini para peserta hanya dilatih tentang cara perlakuan benih sorgum sebelum ditanam dan pengaturan jarak tanam.

Dihadapan para peserta, kemudian Mansi mempraktekkan cara perlakuan benih sorgum yang benar dengan cara merendam benih-benih tersebut ke dalam air di dalam ember, benih-benih yang terapung dibuang atau tidak digunakan sebagai benih, sedangkan benih yang tenggelam ke dalam dasar ember, dipilih sebagai benih.


Tahapan pelatihan berikutnya, bersama peserta di kebun milik salah satu anggota kelompok tani sorgum, Mansi mempraktekkan cara menanam sorgum dimana per lubang sebanyak 3 biji sorgum dan mengatur jarak tanam, dengan menerapkan jarak tanam 25 cm x 25 cm dalam barisan dan antar baris 75 cm untuk kebun perbenihan, hal ini sesuai dengan standar jarak tanam untuk kebun perbenihan.

Dia juga mengingatkan peserta bahwa sorgum untuk pangan (dikonsumsi) di Melo dan Golondari sudah mendapat sertifikat sorgum organic sehingga pupuk yang digunakan harus pupuk organic, tidak direkomendasi menggunakan pupuk kimia dan zat pengatur tumbuh. Sedangkan untuk menghasilkan sorgum yang baik untuk perbenihan maka bisa menggunakan pupuk pupuk kimia dan organic sebagai sarana produksinya.

Mansi pada kesempatan pelatihan itu, memotivasi para peserta dengan mengatakan bahwa peluang usaha perbenihan sorgum di Kabupaten Manggarai Timur, sangat menjanjikan, sebab Pemerintah Pusat telah mengalokasikan anggarannya pada tahun 2022 terkait pengembangan sorgum di Kabupaten Manggarai Timur di atas lahan seluas 400 ha, sehingga diharapkan sorgum yang dikembangkan di lahan 5 ha milik kelompok Tani Ntungal 2, Desa Golo Ndari dan 5 ha di Kelompok Tani Melo, Desa Melo menjadi sumber benih untuk memenuhi kebutuhan benih pada program pengembangan sorgum di lahan 400 hektar tadi.

Siprianus Sanar, Kepala Desa Golo Ndari menyambut baik program ini dan pemerintah desa akan mengalokasikan Dana Desa sebesar 20 % untuk mendukung upaya pengembangan perbenihan sogrum di desanya dengan menyediakan anggaran untuk pengadaan pupuk organic/kimia, penyediaan handtraktor 2 unit, dan alat semprot 8 unit.



Peserta pelatihan budidaya sorgum untuk perbenihan dan pangan

Florianus Hasi, kepada para peserta menjelaskan tentang program VICRA dari Yayasana Ayo Indonesia yang menyuarakan aksi berketahanan iklim secara inklusi di Kabupaten Manggarai Timur.

Baca juga yang ini : 
Desa model pengembangan sorgum untuk pangan dan perbenihan di Manggarai Timur

Menurut dia Kementrian PPN/Bapenas telah menempatkan Wilayah Kabupaten Manggarai Timur sebagai salah satu lokasi super prioritas di sector Pertanian untuk aksi pembangunan berketahanan iklim di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sehingga pada program ini, Yayasan Ayo Indonesia bersama pemerintah kabupaten mendorong keterlibatan masyarakat, Pemerintah Desa, kelompok-kelompok rentan dan tokoh agama untuk memberi perhatian terhadap isu perubahan iklim. Pihak-pihak ini juga diminta untuk mengidentifikasi secara partisipatif terkait dampak dari perubahan iklim dalam sector pertanian pangan,agar nanti bersama-sama merumuskan aksi-aksi ketahanan iklim untuk mencegah menurunnya produksi pangan di desa-desa di Kabupaten Manggarai Timur.

Lebih lanjut, Flori menerangkan bahwa perubahan iklim telah terjadi di Kabupaten Manggarai Timur, indikasinya adalah telah terjadi perubahan pola hujan, musim kemarau lebih panjang, curah hujan sangat tinggi dan suhu udara semakin panas pada musim kemarau. Hal ini, kata flori menyebabkan terjadinya lonjakan serangan hama dan penyakit, serangan hama belalang terjadi setiap tahun, petani sulit menentukkan waktu tanam atau musim tanam. 

Dampak dari kejadian iklim ini adalah terjadinya gagal panen, menurut data produksi pangan dari Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur untuk tiga tahun terakhir produksi padi dan jagung menurun, selain akibat dari serangan hama hal ini terjadi karena 2,095,58 hektar sawah menghadapi masalah kekurangan air selama hampir 8 bulan.

Terkait dengan kegiatan budidaya sorgum hari ini, ungkap Flori, saya menegaskan kepada kita semua bahwa sorgum adalah salah satu jenis tanaman yang memiliki daya adaptif sangat tinggi terhadap perubahan iklim, sehingga perlu dikembangkan sebagai sumber pangan.

Atas penjelasan ini, Kepala Desa Golo Ndari, mengatakan sebagai pemerintah desa, belum bisa merencanakan dan menganggarkan dana desa untuk mengatasi dampak perubahan iklim sebab berbicara tentang perubahan iklim merupakan hal yang benar-benar baru bagi kami, sehingga kesannya pemerintah desa tidak berbuat sesuatu.

Baca juga yang ini : 
Kelompok Wanita Tani menanam padi Varitas Inpari nutrizinc lite untuk ketahanan pangan dan mengatasi stunting

“Sama halnya dengan masyarakat hanya bisa pasrah terhadap perubahan iklim dan dampak yang ditimbulkan. Situasi ini disebabkan karena kami tidak mendapatkan pengetahuan tentang perubahan iklim dan dampaknya. Apalagi informasi terkait perkiraan cuaca. Ke depannya akan kita lihat, jika secara aturan memungkinkan untuk didukung dengan menggunakan dana desa maka akan diskusikan bersama,” jelas Siprianus.

Penulis ; Rikhardus Roden Urut



Posting Komentar

0 Komentar