Header Ads Widget

Perubahan Iklim Sedang Mengancam Kita Semua, Khususnya Kelompok-Kelompok Masyarakat Rentan

 

Yayasan Ayo Indonesia melakukan sosialisasi tentang perubahan iklim dan identifikasi kejadian-kejadian alam yang berhubungan dengan perubahan iklim, Selasa (5/4/2022), bertempat di Kantor Desa Golo Ndari, Kecamatan Lambaleda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur-NTT

umpungjayasiar.com,RUTENG.Yayasan Ayo Indonesia (YAI) bersama Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, Selasa (5/4/2022) melakukan sosialisasi tentang isu perubahan iklim dan diskusi partisipatif mengikutsertakan masyarakat di Desa Golo Ndari untuk mengidentifikasi jenis bencana alam yang terjadi pada jangka waktu 20 tahun terakhir dan kapasitas petani menghadapi perubahan iklim berprespektif kesetaraan gender dan inklusi sosial (GESI), bertempat di Kantor Desa Golo Ndari, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur.

Kegiatan ini dihadiri 25 peserta, terdiri dari aparat desa, staf Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur, staf program VICRA dari Yayasan Ayo Indonesia, Kelompok tani, dan Kelompok Wanita Tani.

Kepala Desa Golo Ndari, Siprianus Sanar, ketika menyampaikan kata sambutan pada acara pembukaan  kegiatan tersebut, mengatakan menyambut baik gagasan dari Yayasan Ayo Indonesia yang disampaikan minggu lalu,Rabu (30/3/2022)  untuk menyadarkan masyarakat di desa Golo Ndari tentang apa itu Perubahan iklim dan dampak yang timbulkannya.


Baca juga : Hati hati, Perubahan Iklim ancam Ketahanan Pangan dan Sumber Penghidupan Keluarga Petani di Perdesaan


Kegiatan hari ini, kata Sipri, merupakan bentuk perhatian pemerintah desa terhadap persoalan yang dihadapi oleh 344 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk 1'182 jiwa yang menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian pangan dan perkebunan.


Selama ini, jelas sipri, masyarakat mengeluh karena mengalami penurunan hasil padi, jagung dan kopi robusta, musim kemarau semakin Panjang, serangan hama pada tanaman padi mencemaskan petani dan mereka sering menghadapi persoalan kekurangan air, jika hujan turun intensitasnya sangat tinggi sehingga menimbulkan longsor pada lokasi kebun kopi dan merusak buah kopi robusta.


"Menyikapi kondisi ini masyarakat hanya bisa pasrah, tidak tahu bagaimana mengatasinya, sehingga pengetahuan dan informasi terkait perubahan hari ini sangat penting, dan diharapkan para peserta diskusi dapat menyampaikan kejadian-kejadian alam berkaitan iklim atau cuaca yang merugikan petani agar bersama pemerintah desa bisa menyuarakannya kepada pemerintah Kabupaten untuk diberi perhatian, sedangkan pemerintah desa sudah mengambil langkah dengan mengalokasikan dana desa untuk pengembangan sorgum, tanaman pangan yang mampu beradaptasi pada kondisi kering,” ungkap Sipri, Kepala Desa yang masih berusia muda ini, dikenal aktif membangun jaringan kerjasama dengan pihak lain untuk membangun desanya.


Baca juga : Perubahan Iklim dan Kehilangan penghasilan dari para petani kecil di Perdesaan


Pengembangan sorgum, kata Sipri, sebagai salah satu aksi untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat di desa Golo Ndari disaat terjadinya perubahan iklim di wilayah kabupaten Manggarai Timur merupakan program kerjasama Pemerintah Desa Golo Ndari, Dinas Pertanian, Yayasan Ayo Indonesia dan Yayasan KEHATI Jakarta


Florianus Hasi, District Officer Program VICRA dari Yayasan Ayo Indonesia kepada Peserta menyampaikan bahwa melalui Program VICRA yang bertujuan untuk menyuarakan aksi ketahanan iklim secara inklusi, Yayasan Ayo Indonesia akan melakukan penyebarluasan informasi tentang perubahan iklim dan dampaknya kepada masyarakat umum, kelompok tani, pemerintah desa, kelompok masyarakat yang rentan, Lembaga keagamaan, Pemerintah Kabupaten dan Provinsi. Selain itu, bersama masyarakat melakukan kajian partisipatif tentang kejadian-kejadian alam selama 20 tahun terakhir yang berkaitan dengan perubahan iklim dan menyuarakan hal ini kepada  pemerintah untuk merumuskan aksi adapatasi dan mitigasi agar petani tidak kehilangan mata pencaharian dan sumber penghidupan.


Untuk diketahui kita semua, tegas Flori bahwa Potensi bahaya akibat perubahan iklim di NTT, menurut laporan Kementrian BPN/Bappenas di sektor pertanian termasuk ke dalam kategori tinggi, dimana produksi padi berpotensi mengalami penurunan sekitar, 10,1 % – 17,5 %. Untuk konteks Kabupaten Manggarai Timur, berdasarkan Kajian BAPPENAS, penanganan dampak perubahan iklim di sektor Pertanian masuk ke dalam kategori super prioritas.


Kepala Desa Siprianus Sanar sedang menyampaikan kata sambutan.

Pada kesempatan itu, Flori memutarkan sebuah video yang mengisahkan tentang Perubahan iklim, penyebabnya, dampaknya, dan aksi adaptasi/mitigasi yang perlu diambil. Video berdurasi 10 menit itu menjelaskan bahwa Perubahan Iklim, adalah fakta yang sudah dan sedang terjadi saat ini. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola cuaca, khususnya hujan. Kadang hujan turun lebih awal dari kebiasaan sebelumnya  atau sebaliknya. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya bencana yang terjadi saat ini, seperti banjir, longsor, kekeringan, dll. Karena itu, keberadaan lingkungan dan terutama hutan harus dijaga dengan baik. Hutan harus di manfàatkan secara bertanggung jawab dan terus mengupayakan aksi penanaman pohon pada lahan kritis atau sekitar kawasan hutan yang telah“ gundul“. Alih fungsi lahan, penebangan hutan atau kerusakan hutan salah satu pemicu makin parahnya perubahan iklim selain dari aktifitas manusia yang lain, seperti, kegiatan tambang, industri, penggunaan bahan bakar pada kendaraan yang semuanya menyebabkan peningkatan kadar CO2 di atmosfir.


Baca juga : Perubahan Iklim sedang terjadi berdampak kepada kemiskinan dan krisis pangan, kita perlu membicarakanya bersama-sama


Pada sesi identifikasi kejadian-kejadian kebencanaan alam di Desa Golo Ndari, Beny Dansis, Kepala Bidang Pengendalian dan Penanggulagan Bencana Pertanian dan Perizinan Pertanian di Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan musim kering semakin panjang durasinya, sehingga memunculkan persoalan kekurangan air untuk irigasi, hal ini lantas menyebabkan penurunan hasil padi dan jagung.


Luas lahan padi sawah produktif di Kabupaten Manggarai tahun 2019, jelas Beny, sebesar 21.461.2 Hektar, pada tahun 2020 meningkat menjadi 23.857,1 hektar namun tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 2.095,58 hektar disebabkan oleh terjadinya kerusakan saluran irigasi akibat banjir dan kekeringan yang berlangsung selama 8 bulan.



Lebih lanjut, dia menjelaskan kejadian yang berkaitan erat dengan iklim ini berpengaruh terhadap produktifitas padi sawah, berdasarkan data, produksi padi sawah menurun secara signifikan dari 131,492,4 ton tahun 2020 menjadi 107.510,45 ton pada tahun 2021, produktifitas padi ladang juga menurun secara drastis yang disebabkan oleh pola curah hujan yang berubah bahkan tidak menentu dan pola budidaya yang belum tepat.


Baca juga : Perubahan iklim, kehilangan penghasilan dialami oleh petani dan pedagang


Jagung sebagai salah satu sumber pangan alternatif dari masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur, kata Beny juga mengalami penurunan produktifitas pada tiga tahun terakhir, dimana dari total produksi tahun 2019 yang mencapai angka 29.548 ton menurun sebesar 6.139 menjadi 23.318 ton pada tahun 2021. Serangan hama belalang, keong mas dan ulat pada tanaman padi-jagung terus meningkat pada 5 tahun terakhir, keduanya menyerang pada musim kemarau, khusus hama belalang, serangannya telah merusak tanaman jagung dan kedelai setiap tahun di wilayah dataran rendah di sekitar wilayah pantai selatan Kabupaten Manggarai Timur. Sedangkan keong mas merusak tanaman padi pada musim hujan di persawahan di sepanjangpantai utara, karena hujan dengan curah yang tinggi menyebabkan sawah terendam air dalam jangka waktu yang lama sehingga keong berkembang cepat.


Menurut Beny, aktivitas dari para petani di Manggarai Timur yang berpotensi merusak alam khususnya atmosfir adalah penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan tidak tepat dosis, pembakaran lahan saat pembukaan lahan, pembakaran jerami setelah panen padi dan membuka lahan pertanian dalam kawasan hutan.


Tahun ini dinas pertanian kabupaten Manggarai Timur membantu petani dengan penyediaan benih padi dan jagung yang berlabel, berkualitas baik kemudian melalui PPL melatih petani tentang cara membuat pestisida nabati dan pupuk organik.


Sedangkan para peserta diskusi, rentangan usia mereka 22 – 65 tahun, dengan latar belakang pendidikan tamatan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang, 4 orang menamatkan Pendidikan tingkat SMA dan 2 orang SMP, umumnya, mengatakan bencana yang sering dialami selama 20 tahun terakhir, adalah kekeringan selama 8 bulan, mulai bulan Mei sampai dengan bulan Desember sehingga hasil padi pada lahan sawah tadah hujan dan kopi robusta cenderung menurun bahkan mengalami gagal panen.


Selain itu, jatuhnya musim hujan tidak menentu sekarang ini sehingga waktu tanam padi pada sawah tadah hujan menjadi tidak pasti. Pada tahun 90-an bulan oktober petani sudah mulai olah lahan dan tanam padi karena musim hujan sudah mulai berlangsung, namun sejak tahun 2000 musim tanam padi kadang-kadang mundur ke bulan Nopember, Desember dan Januari karena tergantung kepada turunnya hujan. Tahun yang paling buruk dialami oleh warga desa adalah tahun 2007 dan 2019 dimana petani mengalami gagal tanam untuk padi sawah tadah hujan dan jagung karena hari hujan sangat pendek. Hasil padi sawahpun menurun setengah dari hasil biasanya, karena serangan hama dan suhu udara sangat panas.

Mikael Ngamat, 50 tahun, salah satu peserta mengatakan bahwa tidak hanya padi dan jagung yang terkena dampak dari kekeringan, tanaman kopi juga mengalami penurunan hasil akibat kekeringan, tanaman kopi biasanya akan berbunga jika ada hujan, jika tidak maka kopi robustapun tidak berbunga.


Situasi ini yang menyebabkan sebagian besar kepala keluarga memutuskan mencari uang ke luar daerah menjadi kuli bangunan untuk jangka waktu yang cukup lama, biasanya mulai bulan mei sampai desember. Hal ini, kata Rodolfus Dolo, 65 Tahun merupakan satu cara untuk memenuhi kebutuhan uang dari setiap keluarga untuk membeli sembako, membiayai pendidikan anak, urusan sosial kemasyarakatan, dan urusan adat yang membutuhkan uang cukup besar.


Namun tambah Mikael, beruntung sebagian besar warga atau keluarga di desa Golo Ndari telah menjadi anggota Koperasi Simpan Pinjam Ayo Mandiri (AMAN) dan KSP Abdi Manggarai Timur (AMT) sehingga untuk memenuhi kebutuhan uang dari warga bisa meminjam kepada kedua lembaga keuangan tersebut dengan bunga rendah, pembayaran pengembalian pinjaman dilakukan secara mencicil setiap bulan.

Foto Sawah

Baca juga : Perubahan Iklim sedang terjadi berdampak kepada kemiskinan dan krisis pangan, kita perlu membicarakanya bersama-sama


Pada acara penutupan kegiatan tersebut Kepala Desa Golo Ndari berharap pemerintah kabupaten Manggarai Timur dalam hal ini dinas pertanian melalui PPL untuk menginformasikan kepada para petani tentang iklim/cuaca untuk menjadi acuan dalam menentukkan musim tanam, para peserta menginformasikan tentang perubahan iklim dan dampaknya kepada warga yang lain, mengajak peserta untuk bersama pemerintah desa juga menyuarakan tentang hal ini  kepada Pemerintah Kabupaten.


"Saya menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Ayo Indonesia yang telah membagi informasi atau pengetahuan terkait isu perubahan iklim kepada peserta diskusi," ungkap Sipri.

Penulis ; Rikhardus Roden Urut

Segelas kopi Arabika khas Manggarai


 

Posting Komentar

0 Komentar