Header Ads Widget

Renungan Harian Katolik; MANUSIA 'pinggir jalan itu adalah saudara-saudari kita.

Senin, 14 November 2022 (Pekan Biasa XXXIII, St Laurensius O'Toole)
Bacaan I Wahyu 1:1-4; 2:1-5a
Mazmur Tanggapan Mzm 1:1-4b.6
Injil Lukas 18:35-43


"Ada seorang buta duduk di pinggir jalan dan mengemis"
Luk 18:35
(Caecus quidam sedebat secus viam, mendicans)


Baca juga yang ini; Renungan Harian KATOLIK; Virus kebencian dan permusuhan berkembang subur.


'DUDUK di pinggir jalan dan mengemis' itulah keadaan. Jadi orang buta turunkan risiko pilu tak terelakan. Itulah kegelapan. Yang jadi sahabat sungguh akrab di jalan hidup pribadi. Tak ada yang dapat dikaribi sepenuhnya selain dirinya sendiri.


TAK ada tempat indah untuk sekedar berteduh selain 'pinggir jalan.' Tempat yang di tepian serentak ditepihkan. Yang tak (lagi) diperhitungkan oleh siapapun. Balada 'tepi jalan adalah orkestrasi kaum terkucil. Orang-orang buangan.


ITULAH lukisan sosok seorang buta di Yeriko. Yang ulurkan tangan tanpa lelah. Hanya ingin mengais kemurahan hati. "Siapa tahu, ada dari antara yang lalu lalang fokuskan tatapan pada tangannya yang terulur penuh berharap."




MANUSIA 'pinggir jalan itu adalah saudara-saudari kita.' 'Manusia-manusia buta' itu adalah sahabat-sahabat kita. Mereka tak pernah mengganggu jalan lurus perjalanan hidup kita. Sedikit pun mereka tak mengusik segala kenikmatan hidup yang tengah kita reguk. Tidak!


TETAPI, sebenarnya, 'orang-orang buta dan pinggir jalan itu' hanya ingin sedikit menyentil dan bahkan menguji dengan 'ringan saja' daya tangkap suara hati kita. Ibarat membuang jala di lautan hidup kita. Dan sekiranya masih dapat menjaring suara hati kita yang bening.




DI KERUMUNAN orang banyak di Yeriko itu, si buta sanggup 'menjaring perhatian Yesus.' Ia malah telah bertarung melawan suasana orang banyak. Ia telah berseru dengan suara lebih keras. Dan ia memenangkannya.



NAMUN, di atas semuanya, ada "Yesus yang berhenti. Yang 'tak cuek malas tahu untuk terus berjalan." Iya, ada "Yesus yang menyuruh orang mengantar dia kepadaNya." Dalam situasi penuh ramai itu, Yesus sejatinya hendak ajarkan orang banyak. Jangan larut dalam keramaian dan keriuhan. Jangan terjebak dalam 'kebanyakan yang mati rasa dan tipis gema suara hati."

KITA bisa saja 'berjalan anggun' dalam kuasa yang kita punyai. Kita bisa saja bermegah dalam kesejahteraan yang kita nikmati. Kita bisa daraskan segala kehebatan dan keluarbiasaan punya kita. Kita pun bisa berarak dalam 'jubah kesalehan kita.'


Baca juga yang ini ; Satu Permenungan Iman Katolik; Oleh Karena Nama-Ku...


TETAPI, di atas segala apa yang kita andalkan itu sebagai 'kekuatan dan kehebatan diri,' Tuhan malah menuntut kita untuk "memanggil orang-orang yang tak beruntung. Mereka adalah manusia-manusia pinggir jalan dan buta dalam segala lini di peri hidupnya.' Yesus, Tuhan dan Guru pasti menyentuh hati setiap kita dalam sebuah tanya:


"Tidak kah engkau melihat kaum buta dan manusia pinggir jalan itu? Dan entah sampai kapan engkau tetap saja bersemangat mengikutiKu sendirian, tanpa sedikitpun kau sertakan mereka bersamamu? Kembalilah dan panggillah dan sertakan semua mereka datang kepadaKu!"




Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin...

Karya-karya Pastoral Kontekstual

Posting Komentar

0 Komentar