Jumat Agung
29 Maret 2024
"Tuhan, Kami Belum Selesai...."!?
"Tuhan, Kami Belum Selesai...."!?
Jumat Agung yang sakral. Di keheningan yang syahdu, kita bergulat dalam retret agung penuh makna. Perjalanan itu sungguh terasa sedih mencekam. Tanpa apa dan siapapun yang dikasihiNya. Yesus menuju tiang penyaliban.
Bersama Dia, hanya ada salib yang dipanggulNya. Terasa deraan-deraan cemeti yang menerjang. Tak terhindar cipratan ludah ke wajahNya. Terlontar cercaan dan hinaan yang mesti diterima.
Namun, Yesus, Anak Manusia, bagaimanapun, tetap tegar. IA lebih sabar dari siapapun. IA tetap perkasa hingga ke tempat tengkorak. Di Golgota itu.
Di Via Dolorosa itu, pada sepanjang jalan penuh tetesan darah dan keringat, sejenak lintas terenung: "Di mana kah orang-orang di lingkaran dekatNya?" Iya, semua yang telah dipanggilNya sebagai murid-muridNya? Semua yang telah berikhrar setia padaNya?
Semuanya telah pada hilang senyap. Demi luputkan diri di jalan amannya sendiri. Sebab bersama Yesus dan mengimaniNya, hidup terlalu berisiko. Iya, risiko pahit dan tak menguntungkan.
Yesus, yang dipandang sebagai Tuhan dan Guru, dianggap telah gagal. IA tak lagi indah nan elok untuk dipandang. Iya, Salib adalah memang kepahitan dan kesia-siaan.
Di Via Crucis, Tuhan yang penuh derita 'cuma' punya Simon si Kirene. Yang dihadang untuk membantuNya memikul salib. Itulah kisah ayah dari Rufus dan Alexander, yang tiba-tiba ketiban 'rejeki salib' walau ada cerita 'dipaksa untuk menerimanya' (cf Mrk 15:21).
Tuhan, di Jalan DeritaNya, hanya ditatap diiringi tangisan kaum lemah. Itulah para perempuan yang meratapiNya dalam rasa pilu yang tak tertahankan. Dan pada ketikanya, di puncak Golgota, bukan kah adalah kedua penyamun yang tempati sisi kiri dan sisi kanan mengapitiNya? Itulah posisi 'kehormatan Golgota.'
Di Jumat Agung ini, di jalan penderitaan Tuhan, hingga ke Puncak Golgota, di mana kah sebenarnya kita berada? Si sampah masyarakat, penyamun itu, 'sudah ditempatkan penuh harapan di Firdaus..' (cf Luk 23:43).
Dan tibalah waktunya....
Di Salib Golgota, akhirnya, "Semuanya selesailah sudah" (cf Yoh 19:30).
Sementara...
Kita, masih berziarah di kefanaan bumi ini. Kita belumlah selesai-selesai pada waktunya. Kita sepertinya masih berjuang meraih salib, untuk berlangkah bersama Tuhan menuju "Selesailah sudah." Semuanya dalam pintalan segala suka dan duka, dalam kisah-kisah penuh tantangan, peluang dan harapan.
Kita memang mesti berani menuju Golgota, sebab di situ, Tuhan menanti kita dalam seruan penuh kepastian "Hari ini juga engkau akan bersama-sama denganKu di Firdaus....."
Sungguh! Di balik Golgota, ada harapan menuju Firdaus
Verbo Dei Amorem Spiranti
Dalam SalibNya, selalu ada HARAPAN pasti!
Amin
Namun, Yesus, Anak Manusia, bagaimanapun, tetap tegar. IA lebih sabar dari siapapun. IA tetap perkasa hingga ke tempat tengkorak. Di Golgota itu.
Di Via Dolorosa itu, pada sepanjang jalan penuh tetesan darah dan keringat, sejenak lintas terenung: "Di mana kah orang-orang di lingkaran dekatNya?" Iya, semua yang telah dipanggilNya sebagai murid-muridNya? Semua yang telah berikhrar setia padaNya?
Semuanya telah pada hilang senyap. Demi luputkan diri di jalan amannya sendiri. Sebab bersama Yesus dan mengimaniNya, hidup terlalu berisiko. Iya, risiko pahit dan tak menguntungkan.
Yesus, yang dipandang sebagai Tuhan dan Guru, dianggap telah gagal. IA tak lagi indah nan elok untuk dipandang. Iya, Salib adalah memang kepahitan dan kesia-siaan.
Di Via Crucis, Tuhan yang penuh derita 'cuma' punya Simon si Kirene. Yang dihadang untuk membantuNya memikul salib. Itulah kisah ayah dari Rufus dan Alexander, yang tiba-tiba ketiban 'rejeki salib' walau ada cerita 'dipaksa untuk menerimanya' (cf Mrk 15:21).
Tuhan, di Jalan DeritaNya, hanya ditatap diiringi tangisan kaum lemah. Itulah para perempuan yang meratapiNya dalam rasa pilu yang tak tertahankan. Dan pada ketikanya, di puncak Golgota, bukan kah adalah kedua penyamun yang tempati sisi kiri dan sisi kanan mengapitiNya? Itulah posisi 'kehormatan Golgota.'
Di Jumat Agung ini, di jalan penderitaan Tuhan, hingga ke Puncak Golgota, di mana kah sebenarnya kita berada? Si sampah masyarakat, penyamun itu, 'sudah ditempatkan penuh harapan di Firdaus..' (cf Luk 23:43).
Dan tibalah waktunya....
Di Salib Golgota, akhirnya, "Semuanya selesailah sudah" (cf Yoh 19:30).
Sementara...
Kita, masih berziarah di kefanaan bumi ini. Kita belumlah selesai-selesai pada waktunya. Kita sepertinya masih berjuang meraih salib, untuk berlangkah bersama Tuhan menuju "Selesailah sudah." Semuanya dalam pintalan segala suka dan duka, dalam kisah-kisah penuh tantangan, peluang dan harapan.
Kita memang mesti berani menuju Golgota, sebab di situ, Tuhan menanti kita dalam seruan penuh kepastian "Hari ini juga engkau akan bersama-sama denganKu di Firdaus....."
Sungguh! Di balik Golgota, ada harapan menuju Firdaus
Verbo Dei Amorem Spiranti
Dalam SalibNya, selalu ada HARAPAN pasti!
Amin
Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
- Pendiri SVD : 1875
- Pendiri SSpS : 1889
- Pendiri SSpS-Ap : 1896
- "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya."
- "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
- Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
- "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
- "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiullkLsB7IaMo_1n9CqPNTIoTpTXPTxLfP_K2o5EaQoT-4XmmIm4WT38-x7ob-EhoQm5rLdAv-MnYqOr7PK92Cns_dwF6qLnQrmZwl_O82_zGOfYtZ2vCHnN3j88qn3pWI4JDAGk6t6OZT2l7ZqRe-4ONirmlOqHNOrB4hUc2NkqymsthwaO2QslcglJUw/w124-h200/arnoldus%20Yanssen%20-%20Copy.jpg)
St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
![]() |
Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar) |
0 Komentar