Sabtu, 23 Maret 2024
(Ref: Tuhan Allah menjaga kita seperti gembala menjaga kawanannya)
Injil Yohanes 11:45-56
"Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat"
Yoh 11:47
(Quid fà cimus, quia hic homo multa signa facit)
KEJUTAN DI LUAR KENDALI
ADAKAH banyak perkara hidup yang kita alami dan kita saksikan? Yang sulit terjangkau oleh daya kekuatan manusiawi kita? Dan apakah kisah-kisah itu semakin menambah harapan dan keyakinan kita? Atau sebaliknya kita tetap dalam keraguan yang kabur batas akhirnya?
HIDUP kita tak saja bergerak di garis datar dan biasa. Selalu ada kisah kehidupan yang membawa kita pada alam keterperangahan. Yang menarik kita keluar dari penjara otak dan rasa bikinan kita sendiri.
KITA ingin merawat apa pun dalam kontrol kesanggupan akal budi. Namun, bukan kah ada mujizat yang melampaui daya kekuatan pikiran kita?
KITA 'berpatok mati' pada atmosfer cara dan isi berpikir sendiri. Namun ada tanda heran yang menarik kita keluar dari belenggu ukuran punya kita sendiri.
HIDUP jadi kering dan gersang sebab kita jauh dari alam hati penuh kekaguman. Kita tak sanggup memberi nilai lebih pada sebuah peristiwa. Bahwa Tuhan selalu hadir dalam kuat kuasa dan penyelengaraanNya.
TERKADANG kita terlanjur menilai dan bahkan menghukum orang lain dengan standar jangkauan akal budi dan rasa punya kita sendiri yang sungguh terbatas dan mengikat.
TUHAN mahakuasa. Tuhan melampaui segalanya. Mujizat selalu mengingatkan dan menyentak kesadaran kita: Hanyalah Tuhan di atas segalanya. Tuhan menyentuh hati kita untuk turut dalam mujizatNya yang nyata dalam keseharian.
SAAT kita membakukan kebencian, bukan kah mujizat hidup baru akan datang jika kita telah lewati kisah pengampunan? Mujizat tentu menuntut kesetiaan, kerendahan hati dan terutama harapan.
KITA adalah 'pelaku mujizat' dalam Tuhan saat kita punya kehendak yang baik bahwa sesama bisa berbalik, bahwa suasana hidup yang sumpek bisa berubah dalam kedamaian.
TENTU, kita tak pernah boleh sebatas berdendang tentang 'Ketika kuberdoa mujizat itu nyata.' Tetapi juga bahwa kita terpanggil berbuat sesuatu agar mujizat itu nyata.
KITA memang tak boleh pesimistik. Apalagi bila harus merasa 'terganggu di hati' jika ada siapapun yang rindukan kembali alam kedamaian di dalam hidupnya.
KERJAAN dan gelagat hati dan sikap para petinggi Yerusalem itu hanyalah ingin mengusir aura damai dalam hidup. Mereka tak pernah tiba pada mujizat. Yang bisa mengubah semuanya menjadi baru. Dalam alam perdamaian.
Dan kita, murid-murid Tuhan, tetap bertahan dalam iman, harapan dan kasih bahwa mujizat itu nyata.
Bukan kah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati
Amin
Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
- Pendiri SVD : 1875
- Pendiri SSpS : 1889
- Pendiri SSpS-Ap : 1896
- "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya."
- "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
- Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
- "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
- "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."
St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar) |
0 Komentar