Header Ads Widget

Pada masa Tuapun mereka masih berbuah

Foto Misa hari Lansia di paroki ekaristi kudus ka redong
Umat Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong merayakan misa hari minggu biasa yang ke-XVII, Minggu (24/7/2022), diihadiri kurang lebih 500 umat, 25 orang diantaranya adalah orang tua lanjut usia (Lansia). Perayaan misa dipimpin oleh Pater Lukas Larun, SVD.

Pesan Bapa Suci Paus Fransiskus, Dalam Peringatan Hari Kakek Nenek dan Lansia se Dunia II 24 Juli 2022 mengatakan, Para sahabat terkasih “Pada masa tuapun mereka masih berbuah “(Mzm 92,15) . Kata-kata Pemazmur ini, kata Paus Fransisus, adalah kabar gembira, “Injil” sejati yang dapat kita wartakan kepada semua orang pada Hari Kakek Nenek dan Lansia Se Dunia yang kedua ini. 

Baca juga :

Mereka berlari berlawanan dengan apa yang dipikirkan dunia tentang tahap kehidupan ini, tetapi juga dengan sikap penutupan diri gelap yang ditunjukkan oleh sebagian dari kita lansia, yang memiliki sedikit harapan untuk masa depan. Banyak orang takut dengan usia tua. Mereka menganggapnya seperti penyakit, sehingga setiap kontak dengannya sebaiknya dihindari. Lansia, menurut mereka, bukanlah urusan mereka dan harus ditempatkan secara terpisah, mungkin di rumah atau tempat di mana mereka bisa dirawat; kalau tidak demikian kita harus mengurusi masalah mereka. Ini adalah pola pikir dari "budaya membuang", yang membuat kita berpikir bahwa kita ini berbeda dengan orang miskin dan rentan di tengah-tengah kita, tidak tersentuh oleh kelemahan mereka dan terpisah dari "mereka" dan masalah mereka. Kitab Suci melihat hal-hal secara berbeda. Umur panjang – begitulah ajaran Kitab Suci– adalah suatu berkat, dan lansia bukanlah orang buangan yang harus dijauhi, melainkan tanda-tanda hidup dari kebaikan Tuhan yang menganugerahkan kehidupan secara berlimpah. Berbahagialah rumah di mana orang yang lebih tua tinggal! Berbahagialah keluarga yang menghormati lansia!

Pemberkatan para orang tua lanjut usia oleh Pater Lukas Larun,SVD

Usia lanjut bukanlah masa kehidupan yang mudah dipahami bahkan oleh kita yang sudah mengalaminya. Meskipun akhirnya hal itu tiba dengan berjalannya waktu, tidak ada yang mempersiapkan kita untuk memasuki usia lanjut, dan tampaknya kadang-kadang mengejutkan kita. 
Masyarakat yang lebih berkembang menghabiskan banyak uang bagi tahap kehidupan ini tanpa benar-benar membantu orang untuk memahami dan menghargainya; mereka menawarkan rencana perawatan kesehatan untuk lansia tetapi tidak merencanakan bagaimana menghidupi usia ini secara utuh[1]. Hal ini menyulitkan kita melihat masa depan dan menentukan arah yang harus diambil. Di satu sisi, kita tergoda untuk menghindari usia lanjut dengan menyembunyikan kerutan dan berpura-pura menjadi muda selamanya, sementara di sisi lain, kita membayangkan bahwa satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah menunggu waktu kita, berpikir dengan sedih bahwa kita tidak bisa “tetap menghasilkan buah”.

Baca juga :

Pensiun dan anak-anak yang sudah dewasa membuat banyak hal, yang dulunya menyedot waktu dan tenaga kita, tidak lagi begitu menuntut kita. Pengakuan bahwa kekuatan kita sedang surut atau timbulnya penyakit dapat merusak kepastian hidup kita. Laju dunia yang cepat – dimana kita berjuang untuk mengikutinya – tampaknya tidak memberi kita alternatif selain secara implisit menerima gagasan bahwa kita tidak lagi berguna. Kita dapat menggemakan dengan sepenuh hati doa Pemazmur,” Jangan membuang aku pada masa tuaku; janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis” (71:9).

Namun mazmur yang sama – yang merenungkan bagaimana Tuhan hadir di setiap tahap kehidupan kita – mendorong kita untuk bertekun dalam pengharapan. Seiring dengan usia lanjut dan memutih rambut, Tuhan terus memberi kita karunia kehidupan dan menjaga kita agar tidak dikuasai oleh kejahatan. Jika kita percaya kepada-Nya, kita akan menemukan kekuatan untuk tetap memuji-Nya (lih. ay 14-20). Kita akan melihat bahwa menjadi tua lebih dari sekadar penurunan alami tubuh atau perjalanan waktu yang tak terhindarkan, tetapi karunia umur panjang. Penuaan bukanlah kutukan, tapi berkah!

Perayaan misa untuk merayakan Hari Kakek Nenek dan Lansia di Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong.

Umat Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong merayakan misa hari minggu biasa yang ke-XVII, Minggu (24/7/2022), diihadiri kurang lebih 500 umat, 25 orang diantaranya adalah orang tua lanjut usia (Lansia). Perayaan misa dipimpin oleh Pater Lukas Larun, SVD. Pada awal perayaan misa ini, Pater lukas menyampaikan kepada umat bahwa hari ini kita merayakan Hari Kakek Nenek dan Orang Tua Lanjut Usia (Lansia) se-dunia tingkat Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong. Kita semua diajak untuk mendoakan mereka agar tetap sehat baik secara jasmani maupun rohani sehingga disaat memasuki usia lanjut mereka masih bisa berjalan tegap dan beraktivitas yang lain.

Baca juga:

Sebelum ritual berkat penutup, sebanyak 25 lansia diberi berkat khusus melalui percikan air suci oleh Pater Lukas Larun seraya mengatakan semoga air suci ini memberi kekuatan kepada anda sekalian sehingga masih kuat untuk bekerja, berjalan dan menghadiri Perayaan Misa setiap hari minggu.

Bagian Publikasi :

Rikhardus Roden Urut









Posting Komentar

0 Komentar