Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK ; KITA adalah manusia 'berutang-piutang.'

Kamis, 11 Agustus 2022


MENGAPAKAH di hadapan Tuhan kita mohon ampunan, tetapi terhadap sesama yang bersalah kita 'penjarakan dia dalam alam pengap. Tanpa belaskasih?'


(Pekan Biasa XIX, St Klara dr Asisi dan St Susana dr Roma)*
Bacaan I Yehezkiel 12:1-12
Mazmur Tanggapan Mzm 78:56-59.61-62
Injil Matius 18:21 - 19:1

"Tergeraklah hati raja oleh belaskasih akan hamba itu..." Mat 18:27

(Misertus autem dominus servi illius...)


KITA adalah manusia 'berutang-piutang.' Ini kita bicara tentang dosa dan kekhilafan serta mohon ampun kita. Terhadap Tuhan dan sesama. Ini semua terjadi, tak hanya karena kelemahan manusiawi kita. Tetapi terlebih oleh kekuatan ego kita yang semakin tak beraturan.


UNTUK kembali ke jalan hidup yang seharusnya, maka jembatan pengampunan mesti dibangun. Tak hanya itu, tetapi bahwa kita sendiri mesti melewatinya. Agar sampai pada titik tuju, yakni perjumpaan kita kembali dengan Tuhan dan dengan sesama.


JIKA kita bersalah, maka berjiwa besarlah untuk mohon ampun. Tindakan ini tentu menuntut pengakuan, kejujuran dan terlebih kerendahan hati. Bahwa kita sungguh adalah orang yang bersalah. Yang sungguh suram dalam jalan hidup ini.


TETAPI, bagaimana sekiranya ada saudara yang datang meminta maaf padamu? Adakah kekuatan maaf dan pengampunan yang lahir dari jiwamu yang tulus? Ataukah bahwa Anda 'tetap mencekik dia karena segala kesalahan dan dosanya?'

SUNGGUH tak gampang untuk satu tindakan 'memohon maaf.' Sebab seringkali akal budi lebih diandalkan untuk menekan kuat-kuat kerendahan hati, kejujuran dan nyanyian jiwa penuh penyesalan. Demi satu ungkapan mohon maaf dan pengampunan.


TAK mudah pula untuk masuk dalam kebesaran jiwa untuk memaafkan dan mengampuni. Sebab Ego telah mengelabui nurani kita. Bahwa kesalahan sesama mesti dirawat dalam dendam dan kebencian. Sebab ego telah menipu kita bahwa 'reputasi dan harga diri' kita jadi terpuruk dan ambruk karena kesalahan sesama itu. Dan bukannya pada kekuatan hati dalam mengampuni.


RENUNGKAN pula satu satu 'sikap mohon pengampunan setengah hati.' Saat di hadapan Tuhan kita menepuk dada: ''saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa, oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria dan kepada semua orang kudus dan kepada saudara sekalian......"

Baca juga yang ini: 
Renungan Harian KATOLIK : Berbahagialah Anda kalian yang memiliki kemuliaan suara hati yang sanggup menangkap suara Tuhan.

TETAPI sayangnya kita tetap gagal dalam mengampuni. Kita tetap terlekat pada kebiasaan merawat terus kesalahan dan kekurangan sesama dalam kata-kata pun di dalam hati. Kita masih gagal paham dari apa yang diajarkan St Thomas Aquino: "sepantasnya kita memandang sesama dengan sepasang biji mata belaskasih."


MENGAPAKAH di hadapan Tuhan kita mohon ampunan, tetapi terhadap sesama yang bersalah kita 'penjarakan dia dalam alam pengap. Tanpa belaskasih?'

TAK hanya 'saling mengampuni' tetapi bahwa iman kepada Allah yang berbelaskasih itu juga mengajarkan kita untuk saling mendoakan dan memberkati. Artinya, kita saling membawa dalam harapan kepada kebaikan di dalam Kasih Allah yang sungguh mengubah.


SELALU ada alarm untuk kita dalam iman akan Allah yang sungguh berkebaikan itu. Janganlah kita memakai kesalahan dan kekurangan sesama sebagai siasat kotor untuk 'membenarkan diri sendiri ke sana ke mari dan naikan pamor diri sebagai 'orang saleh' yang tidak sama seperti dia ini dan orang lain sana.'


JIKA kita tahu apa artinya saling mengampuni tulus, jujur dan terbuka hati, maka itulah hari kemerdekaan kita. Hari tiada lagi saling penjarakan satu terhadap yang lain. Sebab momentum saling mengampuni telah dialami sungguh sebagai hari dan saat milik kita. Dalam perjumpaan Kasih Persaudaraan. Sebab dendam telah tersingkir. Marah dan benci telah tergusur.


Bukankah demikian?
Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.Amin

Posting Komentar

0 Komentar