Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : Berbahagialah Anda kalian yang memiliki kemuliaan suara hati yang sanggup menangkap suara Tuhan.

TETAPI, dalam hidup ini, suara apakah yang sering menguasai hati kita? Isi suara apakah yang lebih memikat keinginan kita? Berbahagialah Anda kalian yang memiliki kemuliaan suara hati yang sanggup menangkap suara Tuhan.



Sabtu, 06 Agustus 2022
(Pekan Biasa XVIII, Pesta Yesus Menampakkan KemuliaanNya)
Bacaan I Daniel 7:9-10,13-14 atau 2Ptr 1:16-19
Mazmur Tanggapan Mzm 97:1-2.5-6.9
Injil Lukas 9:28b-36


"Dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia.." Luk 9:30

(Et ecce duo viri loquebantur cum illo. Erant autem Moyses, et Elias...)


ZIARAH hidup iman tentu miliki satu titik tuju. Semuanya ada di dalam dan bersama Yesus, Tuhan yang kita imani. Dalam Yesus, sungguh ada kepastian. Dilukiskan dalam kisah 'Penampakan Kemuliaan.' KISAH ini menjadi tanda kepenuhan harapan bagi para murid. Seberapapun kisah perjalanan dan pengalaman hidup bersama Yesus, toh pada akhirnya terdapat kepastian akan kemuliaan.

Ini menarik untuk dibaca : Satu Permenungan : Dipanggil untuk Menjadi ‘Orang Biasa’

MUSA dan Elia adalah gambaran sukacita dalam kebersamaan di dalam kemuliaan Tuhan. Itu berarti, kemuliaan Tuhan itu tak sebatas kisah yang dikagumi. Tetapi kelak menjadi bagian dari jalan iman kita. Sebagaimana tampaklah Musa dan Elia, kita pun akan tiba dalam kemuliaan bersama Tuhan.


TETAPLAH dalam keyakinan di dalam Tuhan sendiri bahwa kemuliaan itu adalah 'aura ilahi yang bakal kita alami.' Aura seperti itu ada di dalam kuasa dan penyelenggaraan Allah sendiri. Intinya, ungkapan sukacita bakal tak terbendung. Untuk tiba pada seruan: "Guru, alangkah bahagianya kami berada di tempat ini" (Luk 9:33).


TENTU 'kebahagiaan ilahi' seperti itu amatlah jauh berbeda dari kenikmatan hidup yang kita impikan. Yang bergolak hanya sebatas hasrat manusiawi belaka. Sebab, Tuhan yang imani itu melampaui segala jalan naluri yang kita impikan.

TETAPI, untuk menggapai semuanya Tuhan tetap menuntut kita untuk sebuah 'jalan turun.' Jalan seperti itu hanya dapat dimengerti saat ada keterbukaan hati untuk menangkap suara dari dalam awam: "Inilah Anak yang Kupilih, dengarkanlah Dia!" (Luk 9:35).



TETAPI, dalam hidup ini, suara apakah yang sering menguasai hati kita? Isi suara apakah yang lebih memikat keinginan kita? Berbahagialah Anda kalian yang memiliki kemuliaan suara hati yang sanggup menangkap suara Tuhan.

DI TITIK ini, Anda kalian sudah berada pada level 'Musa dan Elia.' Yang menjadi harapan bagi yang lain dalam jalan menuju kemuliaan Tuhan. Anda yang lain mungkin saja masih berada di level terajak ke puncak kemuliaan Tuhan bagai Petrus, Yakobus dan Yohanes. Yang punya harapan sekiranya kesemarakan puncak gunung tetaplah berlangsung.


TETAPI, kebanyakan dari kita tetap berada di level 'kaki gunung.' Tidak diajak menyertai Tuhan ke puncak. Apalagi harus terlibat dalam percakapan bersama Tuhan bagai Musa dan Elia. Tetapi, mestikah kita berputusa asa dan kehilangan harapan?

KISAH Yesus menampakan kemuliaan tetaplah menjadi harapan bagi kita semua. Jika di suatu saat nanti jalan kita berakhir, dalam keyakinan di dalam Tuhan sendiri, kita pasti terbilang sebagai "warga kemuliaan sukacita abadi."

Bukankah demikian?

Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati.
Amin

P.Kons Beo, SVD
KISAH ini menjadi tanda kepenuhan harapan bagi para murid. Seberapapun kisah perjalanan dan pengalaman hidup bersama Yesus, toh pada akhirnya terdapat kepastian akan kemuliaan.


Posting Komentar

0 Komentar