Header Ads Widget

Renungan HARIAN KATOLIK; Dalam DIA tak ada apapun yang dicemaskan

Sabtu, 17 September 2022 (Pekan Biasa XXIV, St Albertus dr Yerusalem, St Hildegardis, St Lambertus, St Robertus Bellarmino, St Satyrus)
Bacaan I 1Korintus 15:35-37.42-49
Mazmur Tanggapan Mzm 56:10.11-12.13-14
Injil Lukas 8:4-15

"Jadi, seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia duniawi, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi"
1Kor 15:49
(Igitur, sicut portavimus imaginem terreni, portemus et imaginem caelestis)


Baca juga yang ini; Satu Permenungan Iman KATOLIK; Ibuku Tetap Menatap dan Memeluk Salib Tuhan 

YANG lama segera berlalu. Tubuh jasmani ini segera hilang dari pandangan. Akan segera 'musnah dalam kebinasaan.' Namun, akan kah semuanya lenyap tanpa satu titik awal harapan baru?

YANG mati pasti akan bangkit dalam wujud 'ketidakbinasaan, dalam kemuliaan, dalam kekuatan dan dalam tubuh rohani' (cf 1Kor 15:42-44). Itulah yang diyakini oleh Rasul Paulus. Diajarkannya kepada jemaat Korintus. Pun kepada kita sekarang.




KITA adalah insan pengharapan akan hidup abadi. Kisah hidup semua kita, dalam iman akan Yesus, memiliki marwah kekekalan. Dalam wujud yang baru. Dalam tubuh rohani itu. Manusia, kita yang percaya dan berharap pada Kristus, adalah makluk dunia yang kelak akan mengenakan rupa dari yang surgawi (1Kor 15:49).

Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI; Dunia Mesti Melonjak-Lonjak Kegirangan


MAKA, tetaplah dalam keteguhan iman. Dalam Kristus tak ada apapun maut yang meraja. Kematian yang kita alami, seturut keyakinan Rasul Paulus, bukanlah puncak kelenyapan dan kebinasaan, melainkan melalui kematian itu "hidup itu hanyalah diubah."

DALAM perjalanan waktu, dalam kehidupan ini, kita belajar untuk sampai pada satu kepastian. Dan kepastian itu bukanlah hasil rancangan kita. Bukan pula ketetapan hati kita sendiri pula. Itulah kepastian ilahi yang menemani kita dalam setiap langkah di ziarah hidup ini.




SEBAB itulah, teramat penting bagi kita untuk juga ciptakan jarak dari segala 'sibuk dan irama dunia keseharian.' Untuk menarik diri sendiri dari arus kesuksesan dan segala gegap gempita nama besar.




SEBAB setiap kita mesti belajar dalam pergulatan kesendirian. Hanya dengan cara itu, selalu ada peluang untuk menerima 'kenyataan surgawi dan rohani' yang menjadi kepastian dari tujuan perjalanan abadi setiap kita.


BERSAMA Adam, manusia pertama, kita semua tertenun dalam persaudaraan debu tanah. Namun, dalam Yesus, kita semua sungguh terajut dalam satu persekutuan di dalam satu iman menuju surga (cf 1Kor 15:47).




YESUS, TUHAN, selalu bersama kita. Dalam DIA tak ada apapun yang dicemaskan. Bagi kita, DIA adalah kepastian untuk keabadian nasib hidup kita. Sebab itu tak ada apapun yang sanggup memperdayai kita dari pengharapan kita akan DIA.

Baca juga yang ini; Satu Permenungan dari Seorang Imam Katolik: Kebenaran Itu Tak Akan Pernah Tersekap


Verbo Dei Amorem Spiranti
Tuhan memberkati. AMIN

Posting Komentar

0 Komentar