Pekan III Adventus-B, Minggu 17 Desember 2023
Dalam penantian yang pasti, kita masuk dalam Rasa Penuh Sukacita akan datangNya Sang Juruselamat. |
Dalam ziarah Adventus yang semakin ‘jauh,’ Gereja mengajak kita semua untuk sejenak ‘beristirahat dalam kegembiraan.’ Tanda-tanda kedatangan dan kehadiran Tuhan dan Juruselamat semakin nyata. Kita tak pernah boleh kehilangan arah demi menyongsong saat-saat penuh rahmat itu.
Tetapi, benarlah pula bahwa di alam penantian yang panjang, kita bisa saja dilanda rasa penuh kuatir, cemas serta aneka ‘ketidaktenangan batin.’ Bagaimanapun semangat penantian itu tak bolehlah lenyap. Gereja merayakan Hari Minggu Gaudete (Bersukacitalah!). Dalam penantian yang pasti, kita masuk dalam Rasa Penuh Sukacita akan datangNya Sang Juruselamat.
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Apakah yang menyebabkan kita menjadi tawar hati dan bermuram di wajah, ketika Sang Juruselamat pasti akan datang membawa ‘pembebasan dan suasana sukacita’? Kita renungkan lukisan Nabi Yesaya tentang Nabi sang Pembebas, yang sungguh dipenuhi oleh Kuasa Roh. Dan Sang Nabi itu datang untuk membawa Kabar Baik, Kabar Sukacita dan Pembebasan (Yesaya 61:1-2a.10-11):
- kepada yang sengsara,
- kepada yang remuk hati,
- kepada yang ditawan, atau dalam penjara, dan pada tempat utama:
- terdapat pemberitaan tentang Tahun Rahmat Tuhan dan hari pembalasan Allah.
“Aku bersukaria di dalam Tuhan, dan jiwaku bersorak-sorai dalam Allahku. Sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan padaku, dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran...” (Yesaya 61:10).
Baca juga yang ini, menarik; Renungan Iman Katolik; Rasa Tinggi Diri dan Rendah Diri itu Ternyata Sama Bahayanya....
Kita memang mesti bersukacita dalam penantian, sambil juga tak boleh lengah oleh tawaran ‘sukacita tanpa atau di luar kesadaran.’ Rasul Paulus ingatkan Jemaat di Tesalonika akan suasana hati penuh sukacita itu, “Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa!” (1Tesalonika 5:16).
Tetapi, tak sekedar ‘rasa bersukacita hampa,’ Rasul Paulus ingatkan pula ciri-ciri penantian yang sungguh berwarna sukacita benar, yang mesti dinyatakan:
-Tetaplah berdoa. Relasi yang hangat dengan Tuhan adalah ‘dasar sukacita yang benar.’
-Tetaplah bersyukur atas segala hal. Dalam segala situasi yang dihadapi, jiwa penuh syukur pun dapat menjadi alasan kuat untuk bersukacita.
-Tak padamkan Roh, kata Rasul Paulus;
-Dan dijauhkan selalu dari arah menuju kejahatan.
Dalam Masa Adventus yang bisa dirasa ‘menjemuhkan’ dan menyebabkan kita masuk dalam ‘sukacita yang palsu,’ kita bisa kehilangan orientasi demi mengalami kehadiran dan kedatangan Tuhan Penyelamat.
Alam Hari Minggu Gaudete sesungguhnya membebaskan kita dari ‘rasa sukacita yang sekadarnya dan sesaat.’ Kesiapan hati dan seluruh diri mesti menjadi tanda bahwa kita sungguh bergembira yang benar dalam menanti Tuhan.
Pada Malam Kelahiran Tuhan (Hari Raya natal) di situlah sukacita kita berpuncak. Sebab itulah, kita, sekali lagi, tak boleh kehilangan momentum puncak sukacita itu oleh daya pikat sukacita-sukacita palsu yang menjerat keinginan hati.
Teringat lagi akan keluhan warga kampung, “Jelang natal, kampung kami jadi ramai. Banyak orang muda kumpul-kumpul di seputar kandang natal kampung hingga larut. Ada nyanyi-nyanyi, minum-minum, canda tawa serta tak lupa ada pula acara ‘bakar-bakar.’ Sayangnya, jelang sukacita Natal yang sesungguhnya, kami warga mesti kehilangan ayam dan banyak binatang piaraan. Sungguh ini perayaan Natal yang mencemaskan oleh karena banyak keinginan untuk sukacita palsu. “
Kita, sekali lagi, tak hendak kehilangan momentum penyelamatan yang segera datang dan hadir. Kita tetap berkobar-kobar dalam penantian penuh sukacita. Sebab itulah Gereja berseru kepada semua kita: Gaudete! Bersoraklah!
Bagaimanapun agar rasa sukacita kita sungguh berada di jalan yang benar dan seharusnya maka mari kita sungguh memperhatikan pewartaan Yohanes Pembaptis, suara yang berseru-seru di padang gurun:
“Luruskanlah Jalan Tuhan!” (Yohanes 1:23).
Mari kita luruskan Jalan Tuhan demi mencapai sukacita yang sesungguhnya di dalam Tuhan sendiri.
Dan setiap kita, pasti tahu: apa yang mesti diluruskan pula di dalam diri dan irama hidup kita masing-masing....
Verbo Dei Amorem Spiranti
Mari kita renungkan kata-kata St Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
-Pendiri SVD : 1875
-Pendiri SSpS : 1889
-Pendiri SSpS-Ap: 1896
- "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya."
- "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
- Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
- "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
- "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."
St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar) |
Ayo Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong |
0 Komentar