Pekan Biasa III – Hari Minggu Sabda Allah
(St Agnes, St Fruktuosus cs: Augurius dan Eulogius)
Bacaan I : Yunus3:1-5.10
Mazmur Tanggapan: Mazmur 25:4-5ab.6-7bc.8-9
Bacaan II : 1Korintus 7:29-31
Injil : Markus 1:14-15
Ayo baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Entahkah Bagaimana Rasanya Saat Kita Kehilangan Seorang Yang Sahabat Yang Tulus?
Injil harus diwartakan. Dan itulah tugas perutusan yang dijalankan Yesus, Tuhan. Seturut catatan Injil Markus, seruan Yesus yang pertama adalah “Waktunya telah genap. Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.”
Demi pewartaan tentang Pertobatan dan Pemakluman Injil, Tuhan menyertakan para murid (pertama). Sebab itulah, saat menyusur danau Galileas Yesus memanggil Simon dan Andreas. Demikian pun yang terjadi dengan dua bersaudara, Yohanes dan Yakobus.
Ayo baca juga yang ini; Satu Permenungan Iman Katolik; Saat Kumenipu Diriku Sendiri
Sebab itulah Pertobatan bisa ditangkap sebagai ‘sikap baru yang mesti diambil demi tinggalkan yang lama.’ “Alam danau mesti dilepaskan untuk masuk ke alam baru dalam Yesus.” Yesus adalah ‘kesempurnaan Kabar Gembira (Injil).’ KepadaNyalah para murid berserah diri. Untuk tinggal bersamaNya dan mengikutiNya.
Gereja, setiap kita dipanggil oleh Tuhan di dalam dinamika pertobatan dan percaya kepada Injil. Dan di dalam ‘misi pewartaan itu pula, setiap kita, anggota Gereja dimandatkan Tuhan demi dunia yang bertobat dan dunia yang percaya kepada kekuatan serta kebenaran Injili.
Ayo baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Kasih Dan Kebaikan Itu Selalu Menaklukkan Segala Yang Suram
Bagaimanapun untuk mewartakan Pertobatan dan Injil Kerajaan Allah tentu terdapat tuntutan mendasar:
a. “Mari ikutilah Aku” (Mrk 1:17): Tak siapapun yang ‘mengutus dirinya sendiri. Tuhanlah yang mengawali rahmat panggilan itu. Sebab itulah, relasi dengan Tuhan yang memanggil tetap menjadi citra, kekuatan serta kebenaran hidup setiap kita murid-muridNya.
Di dalam relasi yang mendasar itu, kita dapat menemukan kebenaran Kasih Allah dan kehendakNya.
b. “Bangunlah dan berangkatlah ke Niniwe, kota besar itu…..”
Bertobat berarti sebuah pertarungan diri untuk melepaskan kehendak sendiri, dan segala sesuatu yang berpusat pada kesenangan serta ‘mau-mau sendiri’ untuk sungguh masuk dalam rencana Tuhan. Yunus tak semudah itu untuk pergi ke Niniwe demi pewartaan pertobatan. Sebab, kisah Yunus ke Niniwe diawali dengan kisah ‘ambil jalannya sendiri hendak “melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan…” (Yunus 1:3).
Dunia yang baru adalah ‘dunia yang berubah, dunia yang sungguh ada di dalam alam Kasih dan kehendak Tuhan sendiri.’ Gereja (kita) yang berubah (bertobat), yang mengakui segala kerentanan dan yang selalu salah ke arah ‘Tarsis’, akan menjadi Gereja (kita) yang dikuatkan untuk menuju arah ‘Niniwe,’ arah yang benar sesuai kehendak Tuhan sendiri.
Bertobat itu tak sekedar luruskan kembali pola laku dan pola sikap, tetapi juga ia mesti menjurus masuk lebih dalam ke pertobatan daya-daya rohani, yang telah dimanipulasi untuk membenarkan diri sendiri serta mengganggap diri ‘lebih dari siapapun.’ Dan bahkan bisa menggeser kekuatan Kasih Tuhan dan menggantikannya dengan ‘kesalehan sendiri yang dibalut keangkuhan rohani.’
Pertobatan yang diwartakan Yesus memanggil kita semua untuk kembali pulang pada Kasih Allah sebagai Bapa kita bersama; seruan petobatan dari Yesus bermaksud agar kita sanggup menata hati penuh kasih untuk ‘menemukan saudara-saudari dalam keteduhan hidup’ atau bahwa kita berani untuk kembali pulang kepada ‘kebersamaan sebagai saudara-saudari di dalam Tuhan.’ Pertobatan isyaratkan kembalinya kita dalam doa ‘mea culpa mea culpa maxima culpa’ (saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa) sambil dengan rendah hati mohon pengampunan dan doa dari Para Kudus serta saudara-saudari seiman.
c. “Berbahagialah kita yang mendengarkan SABDA TUHAN dan dengan TEKUN melaksanakannya. Tanamkanlah satu Tuhan dalam hati kami…..”
Dalam hidup ini ada sekian banyak hal yang dapat kita andalkan sebagai kekuatan . Katakanlah itu sebagai jaminan kekuatan batin dan jiwa kita dalam hidup. Bisa terjadi bahwa kita andalkan kemampuan daya akal budi. Ide-ide cemerlang dapat kita temukan. Kita bisa miliki reputasi dan disanjung dalam pencitraan yang sengit punya.
Perenungan akan Sabda Allah, bagaimanapun, melekan mata dan hati kita pada rasa dahaga akan ‘nutrisi spiritual.’ Kita tak sebatas pada daya ‘tahu dan sanggup berpikir’ tetap kita tetap butuhkan ‘lumen –cahaya’ inspiratif demi menangkap banyak arti dan pesan-pesan di kehidupan ini.
Kita manusia amatlah rentan dan terbatas dalam menangkap pijar-pijar nilai dalam kisah-kisah hidup yang kita hadapi.
Sabda Allah adalah ‘Pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku’ (Mzm 119:105). Roda-roda kehidupan miliki hukumnya sendiri. Terdapat kisah-kisah hidup yang meneguhkan; tetapi bukankah ada sekian banyak hal yang tak sanggup kita duga?
Firman Allah tetap jadi terang di dalam diri kita secara pribadi bahwa ‘Kita tetap berharga dan mulia di mata Tuhan’ (cf Yesaya 43:4). Sabda Allah menerangi jalan-jalan kita untuk mendapatkan sesama-sesama kita sungguh sebagai sesama manusia yang sederajat dan bermartabat. Tanpa pengasingan dan tiada pengucilan. Tanpa penindasan dan tanpa ‘tiada kepedulian.’
Kekuatan Sabda Tuhan meneguhkan setiap kita untuk hidup dalam nilai dan memperjuangkan nilai itu di dalam ekologi alam semesta, demi kebaikan bersama, dan demi keutuhan alam ciptaan.
Kiranya dalam dan melalu Sabda Tuhan, diri dan hidup kita semakin ‘terinkarnasi’ dalam setiap peristiwa hidup kita dan terutama dalam Perjumpaan penuh makna dengan sesama, dan terutama dengan Tuhan sendiri. Asal, Penyelenggara dan Tujuan akhir seluruh ziarah hidup kita.
Verbo Dei Amorem Spiranti
https://www.indonesiana.id/read/170560/layanan-pastoral-ekologi-integral-diimplementasi-di-paroki-ekaristi-kudus-ka-redong-tahun-2024
Pater Kons Beo, SVD |
Mari kita renungkan kata-kata St. Arnoldus Janssen (perayaan 15 Januari):
- Pendiri SVD : 1875
- Pendiri SSpS : 1889
- Pendiri SSpS-Ap : 1896
- "Tabahkanlah hatimu dengan gembira, jangan merasa cemas bila salib-salibmu sering-sering terlalu kasar, terlalu berat dan tajam pada sisi-sisinya. Semuanya akan berakhir, tapi ganjaran yang abadi tak kan ada kesudahannya."
- "Teguhkanlah hatimu dan percayalah kepada Allah. Sesudah hari-hari gelap akan menyusul hari-hari cerah. Anggaplah semuanya ini sebagai hal yang pasti."
- Sebagaimana seorang pengemis tidak dapat menyombongkan diri, kalau ia menerima pemberian-pemberian yang besar, demikian pula kita tidak boleh bersikap angkuh atas anugerah-anugerah Allah."
- "Berbahagialah orang yang tidak takut untuk hidup dalam ribuan pengorbanan dan kekurangan demi memperoleh banyak orang bagi Kristus."
- "Semakin banyak kita menghormati ROH KUDUS, kita semakin layak untuk menerima karunia-karuniaNYA."
St. ARNOLDUS JANSSEN,
DOAKANLAH KAMI
AMIN
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; MEMANG Itulah Kenyataan Hidup Yang Mesti Dihadapi
Ayo Baca juga yang ini; Renungan Harian Katolik; Bahaya Perangai Kasar, Nalar Semestinya Sehat
Baca juga di sini, Kisah Tentang Kita ;
Adalah Koperasi Simpan Pinjam Inklusi di Manggarai, 25 orang Penyandang Disabilitas telah menjadi Anggota KSP Credit Union Florette: Menyediakan Pinjaman Berbunga Rendah, melakukan Upaya Pemberdayaan Sosial Ekonomi (bisnis) dan mengajarkan Literasi/Melek Keuangan. Kerja sama dengan Yayasan Ayo Indonesia (Rumah Belajar) |
0 Komentar