Header Ads Widget

Aksi Diakonia Pemberdayaan Ala Yayasan Ayo Indonesia; Kelompok Tani 3-G Kampung Ago Todo Belajar Tatakelola Agribisnis Di Kampung Maras


UMPUNGJAYASIAR.COM
Aksi Diakonia Pemberdayaan ala Yayasan Ayo Indonesia; Kelompok Tani 3-G Kampung Ago Todo belajar tatakelola agribisnis di Kampung Maras, Paroki Rentung

umpungjayasiar.com,
Ruteng. Yayasan Ayo Indonesia atas dukungan Missionprokur SVD Steinhausen Swiss, Sabtu (27/11/2021) memfasilitasi suatu kegiatan diakonia dalam bentuk kunjungan belajar 13 orang petani mileneal 3-G dari Kampung Ago ke salah satu Petani agribisnis sukses dampingan Yayasaan Ayo Indonesia di Kampung Maras, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Baca juga yang ini: 
Pemerintah Desa belajar tentang pengembangan sorgum untuk ketahanan pangan, perbenihan dan peningkatan pendapatan

Kegiatan kunjungan belajar ini, kata Johan, staf agribisnis di Yayasan Ayo Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan terkait tatakelola agribisnis, tehnik budidaya, pemasaran dan bagaimana mengelola mental ketika menghadapi kerugian akibat serangan hama, cuaca buruk, harga pasar yang anjlok dll.

Kelompok Tani 3 G Kampung Ago yang beranggota 13 orang anak mileneal mulai membangun agribisnis beberapa bulan lalu, digagas oleh Yohanes Dambu, akrab dipanggol Yoda, orang muda yang lama tinggal di Surabaya.
Menyiapkan bibit sayur-sayuran

Baca juga yang ini:
Ternyata Sorgum itu jenis pangan yang paling dicari saat ini

Kelompok tani 3 G dibentuk atas kesadaran kolektif untuk mengatasi persoalan kemiskinan, kesulitan lapangan pekerjaan bagi orang muda dan banyak orang muda meninggalkan pertanian, lebih memilih bekerja di luar daerah untuk menjadi buruh pabrik atau bekerja di sector jasa yang lain.
Yoda sejak lama berpikir tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan tadi, sebagai tanggungjawab sosialnya, meski sudah berpenghasilan tetap yang dirasa cukup di Surabaya, dia lebih memilih pulang kampung. Dalam refleksinya yang panjang, dia melihat potensi di kampung Ago, antara lain lahan cukup luas dan ada orang muda yang berminat untuk bertani. Menurut dia jika potensi itu dikelola dengan baik maka warga kampung Ago pasti hidup lebih sejahtera, tidak perlu bermigrasi ke luar daerah untuk mengais rejeki. Kampung Ago harus berubah menjadi kampung tempat berkumpulnya orang-orang muda agribisnis adalah mimpi Yoda, ini yang selalu mengganggu pikirannya selama bekerja di kota Pahlawan Surabaya, berbekal pengalamannya sebagai pendamping kelompok bisnis ternak dia pun dengan penuh optimis melangkah kembali ke tanah kelahirannya, tempat dia menghabiskan masa kecilnya dulu, kampung yang berhawa sejuk, ditumbuhi banyak pohon dan palem khas hawa sedang dan dalam hatinya ada keyakinan mimpinya itu akan terwujud kelak.


Belajar analisis usaha tani dengan Huber Cupung

Baca juga yang ini: 
Noldi Katung, Wirausahawan muda asal Kampung Null : …..untung cepat pulang dari Kalimantan.

“Orang muda harus mampu hidup dari pertanian yang berorientasi bisnis dan menjunjung tinggi prinsip ekologis dimana tanah tidak boleh dirusakkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia, sebab tanah di kampung Ago merupakan titipan dari anak cucu orang Ago.”kata Yoda, Calon Pemimpin masa depan ini.
Rasa optimisme tentang akan ada perubahan di masa depan, ungkap Yoda bukan tidak beralasan, bersama Yayasan Ayo Indonesia kami telah memproduksi pupuk organic memanfaatkan bahan baku lokal, menanam sayur-sayuran, memasang plastic mulsa pada bedeng untuk mencegah kerusakan tanaman ketika hujan turun, menghadirkan petani sukses ke kampung Ago untuk berbagi pengalaman motivatif dan berkunjung belajar agrobisnis di Bapak Huber Cupung di Kampung Maras.

Yoda juga menuturkan bahwa dukungan motivasi dari Yayasan Ayo Indonesia telah menambah semangat kelompok tani 3 G untuk memutuskan berbisnis sayur-sayuran, mereka memperkenalkan satu metode belajar yang menarik, yaitu lejong, mereka mengundang Hubert Cupung, petani sukses dari Desa dampingan mereka dulu untuk datang lejong ke kampung Ago minggu lalu, saat itu dia bersaksi tentang suka duka dalam menjalankan bisnis sayur-sayuran organic selama bertahun-tahun, dan dia berbagi juga cara membangun jaringan pemasaran. Ketangguhan Hubert Cupung dalam menghadapi berbagai tantangan dan persoalan selama membangun agribisnis sayur-sayuran sangat inspiratif.



Pemasangan plastik mulsa

Baca juga yang ini: 
Pengalaman Martinus dari Pasar Sotor : ternyata Sayur lebih besar daripada kerbau

Pengalamanya yang berharga itu, kata Yoda mengajarkan kami bahwa dalam menjalankan usaha sayur-sayuran tidak mulus seperti yang dibayangkan, sehingga ketangguhan mental harus dimiliki, agar setiap persoalan yang datang bisa diatasi bukan untuk diratapi atau dikeluhkan tetapi kemudian mencari strategi bagaimana antisipasi kemungkinan muncul persoalan berikutnya sebab usaha sayur-sayuran sangat menjanjikan, pasarnya masih terbuka lebar.
Rikard Haryanto, salah satu agribisnis di Yayasan Ayo Indonesia menyampaikan kunjungan belajar ke tempat usahanya Hubert Cupung, di Kampung Maras adalah salah satu cara untuk meyakinkan petani dalam upaya pemberdayaan pola pikir, jadi petani tidak hanya mendengar kesaksian lisan (verbal) tetapi mereka dapat melihat dengan mata kepala sendiri apa yang diceritakan Hubert saat berkunjung atau Lejong di Kelompok Tani 3-G Kampung Ago minggu sebelumnya.

“Mempertemukan petani sukses dengan petani baru belajar adalah pendekatan khas Yayasan Ayo Indonesia dalam mengubah pola pikir, mereka para petani lejong berbagi tidak hanya hal tehnis tetapi yang paling penting adalah belajar tentang cara mencapai visi, pola tanam yang berorientasi pasar, menjaga konsistensi produksi, menjaga kepercayaan dari mitra bisnis dan ketangguhan mental dalam menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan-tantangan,”tambah Rikard.
Lebih lanjut, Rikard menjelaskan di kebun agribisnis milik Huber Cupung yang dibangun pada tahun 2010, para peserta kunjungan belajar mendapat pengalaman berharga dan bermakna dimana Hubert menceritakan, dia memulai usahanya dengan memanfaatkan lahan sawah di depan rumahnya dan lahan pekarangan. Dia mengeringkan sawah yang hanya menghasilkan gabah kering 5 karung setiap musim tanam, keputusan ini ditentang oleh isterinya, namun dia terus memberi pengertian kepada isterinya bahwa usaha sayur-sayuran lebih menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan lantas mereka menanam ratusan pohon tomat dan brokoli, usaha pertama ini tidak sia-sia, kerja keras ternyata membawa berkah, mereka meraup keuntungan kotor mencapai puluhan juta rupiah, sangat jauh nilainya jika dibandingkan dengan hasil padi.

Baca juga yang ini : Membangun Bisnis Bersama KSP CU Florette, Memperkuat Kemandirian dan Kemampuan Bersaing


Membuat pupuk bokasih

Pengalaman pertama yang baik ini, kemudian mendorong Huber dan Isterinya untuk menanam lebih banyak lagi, namun mereka harus mendapat ujian berat, semua tanaman rusak akibat terpaan angin kencang dan curah hujan tinggi. Berbekal pengetahuan dan motivasi yang didapat dari seorang pengusaha agribisnis cukup terkenal dari Bali, namanya Runcah, “bencana”tadi tidak menyulutkan semangat Hubert untuk menanam terus menerus dan akhirnya, berkat ketabahan dan ketekunan mereka, usaha semakin berkembang dan lahan yang dikerjakan diperluas agar taksasi penjualan puluhan juta rupiah per musim tanam bisa tercapai. Dari usaha ini, Hubert bisa membeli 1 unit motor, membangun rumah dan menyekolahkan anaknya di Perguruan Tinggi.

Baca juga yang ini :Bangun Bisnis bersama KSP CU Florette di masa Pandemi Covid 19 : Kayu membawa berkah

Ketika ditanya kepada Yoda, ketua rombongan belajar agribisnis dari Kampung Ago, Kamis (2/12/2021) apa yang didapat dari kunjungan ke Bapak Huber? Yoda lantas menjawab meski kami ke sana dengan mobil pick up, kami telah mendapatkan kisah sukses yang sangat berarti, bisa menimba motivasi lebih banyak, dapat belajar metode kerja, tehnik persemaian bibit lebih moderen dan mengetahui keuntungan dari agribisnis serta strategi pemasaran yang menerapkan pola sahabat dengan para pembeli di pasar Ruteng.


Penggunaan Plastik Mulsa


Dari pengalaman belajar sehari di Kampung Maras, jelas Yoda maka ke depannya kami lebih fokus agar mencapai target pendapatan dari usaha tani kelompok. Selain itu, kami ingin mendapatkan pelatihan keuangan (melek keuangan), supaya penggunaan uang dari hasil penjualan nanti lebih bijaksana untuk reinvestasi dan menabung demi masa depan di Koperasi Simpan Pinjam CU Florette. Singkatnya kunjungan belajar ini telah menambah semangat kami untuk focus pada agribisnis sayur-sayuran, belajar dari kesuksesan Bapak Hubert Cupung.


Penulis Rikhardus Roden Urut






Posting Komentar

0 Komentar