Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK; Hendaklah Engkau Tidak Menaruh Benci Kepada Sesamamu................

Rabu, 17 Agustus 2022

(Pekan Biasa XX, Hari Raya Kemerdekaan Indonesia)
Bacaan I Putera Sirakh 10:1-8
Mazmur Tanggapan Mzm 101:1a.2ac.3a.6-7
Bacaan II 1Petrus 2:13-17
Injil Matius 22:15-21

Persekutuan membangun Manggarai Timur, kita duduk bersama setara melinggkar untuk berpikir tentang KITA sesama anak bangsa Indonesia. Mari kita saling memajukan menuju kebaikan bersama.

"Hendaklah engkau tidak menaruh benci kepada sesamamu...."
Sirakh 10:6

(Omnis iniuriae proximi ne memineris....)


KEMERDEKAAN itu adalah alam kita bersama. Saat kita tiba pada sesama. Dengan suasana hati penuh terbuka. Polos dan sungguh spontan.


DI SITU, tak ada lagi jurang-jurang pemisah. Tak terdapat lagi tembok-tembok tebal pembatas 'jarak pandang batin kita.' Satu terhadap yang lain. Sebab kita semua pada tahu: seperti apa hidup dalam kesejajaran dan kesetaraan.

Baca juga yang ini; Renungan Harian KATOLIK:  Kerja dan berusaha adalah cara paling wajar untuk cita-cita hidup layak.

KEMERDEKAAN tak cuma bicara tentang dahsyatnya derap pembangunan fisik. Ia lebih menyentuh kewibawaan aura hidup bersama yang elegan. Saat semuanya terlebur dalam gema potret merdeka. Seperti apa itu?

SUDAH bebas negeri kita berarti sungguh "serigala, domba, macan tutul, anak lembu, anak singa, singa, lembu, anak bayi serta ular beludak dapat membentuk satu harmoni kehidupan yang sejuk" (cf Yes 11:6-8). Di situ, tak ada aksi beringas penuh tekanan dan tak ada rasa takut tak menentu.

Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI; Dunia Mesti Melonjak-Lonjak Kegirangan

SEBAB, seperti kata Nabi Yesaya, "Tidak ada yang akan berbuat jahat dan berlaku busuk..." (Yes 11:9). Tak ada apapun yang mencabik-cabik 'kekitaan kita.' Sebab, kebinekaan adalah panggilan kepada rasa persatuan dan kesatuan.

KEMERDEKAAN, ternyata, bukan hanya bicara tentang apa yang dapat kita lakukan demi hidup bersama yang harmoni. Kita sepantasnya mesti bertolak dari aura isi jiwa pribadi sendiri yang "bebas merdeka." Sebab, membebaskan diri sendiri dari aura pengap di hati ada keharusan.

Baca juga yang ini; Koperasi Simpan Pinjam CU Florette dorong anggota untuk mengembangkan bisnis

SETIAP kita pasti tak sanggup ciptakan alam 'bebas merdeka' andaikan kita sendiri masih dijajah oleh kecemasan, kecurigaan, pun ketaknyamanan. Tak pernah ada alam kemerdekaan, saat bendera kebencianlah yang dikibarkan oleh hati penuh dengki.

ADA LAGI tegasan dari Putera Sirakh, "Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah" (Sirakh 10:7). Kita memang mesti berjuang memerangi diri. Agar tidak terjebak dalam hegemoni pribadi yang cenderung 'menekan, merendahkan, pun menyudutkan sesama-sesama sendiri.'


DI ATAS segalanya, kemerdekaan, bisa dikontemplasi sebagai 'perang serius demi memusnahkan kejahatan.' Tanda bahwa kita sungguh adalah hamba-hamba Allah.


KATA Rasul Petrus, "Hiduplah sebagai orang merdeka, bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka..." (1Ptr 2:16).


MARI kita lanjutkan ziarah kebangsaan Indonesia Raya dengan terus mengisi kemerdekaan. Kemerdekaan batin pribadi serta kemerdekaan hidup bersama yang sejuk, segar dan sehat.

KITA sepantasnya merasa diteguhkan oleh kekuatan kata-kata Rasul Petrus,

"Hormatilah semua orang, kasihanilah saudara-saudaramu, takutlah Allah, hormati pemimpin" (1Ptr 2:17).

Baca juga yang ini; Renungan Harian KATOLIK;  Bagaimana bicara tentang relasi berkat bagi anak-anak kita?

DAN jika demikian, maka 'hari ini dan esok, kau kan sanggup buka jendela dan pintu negeri ini. Kan kau dapati seikat kembang Merah dan Putih. "Merah merdeka, putih merdeka. Warna merdeka....," seperti kata Bang Ebiet.


Verbo Dei Amorem Spiranti
Salam Merdeka!
Tuhan memberkati.Amin

Posting Komentar

0 Komentar