Header Ads Widget

Kolekte sebagai Bentuk Tanda Syukur kepada Tuhan



Kolekte sebagai bentuk tanda syukur kepada Tuhan

Makna kolekte


Kata kolekte berasal dari collecta (bahasa Latin) yang berarti sumbangan untuk makan bersama, pengumpulan, rapat atau sidang. ((P. Th. L Verhoeven, SVD, dan Marcus Carvallo, Kamus Latin-Indonesia (Ende, Penerbit Ledalero, Maumere 1969), hlm. 163.)) Istilah yang sama ini (collecta) dalam tradisi liturgi dipakai untuk persekutuan beriman yang terbentuk sebagai satu kelompok doa di suatu tempat (gereja). Di Roma pada abad-abad pertama biasanya umat berkumpul di salah satu gereja “statio”. Di sana mereka berdoa bersama lalu berarak bersama-sama menuju tempat perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Paus di sebuah gereja lain sambil berdoa dan bernyanyi.Maka collecta dalam arti pengumpulan uang (kolekte) sebagai bagian dari persiapan persembahan mempunyai hubungan erat sekali dengan persatuan-persaudaraan dan dengan doa.



Kolekte dalam liturgi mengingatkan kita akan kebiasaan orang Israel untuk mempersembahkan kepada Tuhan hasil karya yang pertama, baik hewan maupun hasil panen perdana (Kel 27:7; Im 1:3; Im 23:10-13; Ul 26:2). Orang-orang Israel mengenal kebiasaan memberi dua persepuluhan, yang menjadi tanda syukur atas anugerah dari Tuhan berupa hasil ternak dan panen. Secara konkret pemberian itu digunakan untuk memberi makan kepada kaum Lewi yang menjalankan fungsi pelayanan sebagai imam. Sebagian lagi diberikan kepada orang-orang miskin yang sangat membutuhkan pertolongan.


Kolekte tidak hanya sekedar memberikan sesuatu dari diri sendiri kepada orang lain, tetapi kolekte itu mempererat persatuan-persaudaraan antara kita dengan orang lain yang menerima sesuatu dari diri kita. Kolekte adalah bagian dari doa yang mempersatukan kita sebagai saudara saudari dalam Tuhan. 


Kita bisa berdoa dengan kata-kata, dengan nyanyian, dengan sikap-gerak, tetapi juga dengan pemberian (kolekte). Aspek penting dari doa yang seharusnya mewarnai juga pemberian (kolekte) adalah syukur-pujian atas anugerah yang telah diterima dan atas kesempatan untuk berbuat baik dengan meneruskan anugerah itu kepada orang lain yang membutuhkannya meskipun orang-orang itu tidak kita kenal. Inilah makna liturgis penting dari kolekte: bersama-sama mengumpulkan sesuatu untuk kepentingan banyak orang lain. Maka semakin kita rela memberi (kolekte) semakin kita tahu bersyukur (dalam Doa Syukur Agung), semakin kita bersatu padu dengan saudara-saudari yang lain dan dengan Tuhan sendiri sebagai sumber anugerah (dalam komuni).




Kebiasaan mempersembahkan persepuluhan ini diteruskan juga oleh para pengikut Kristus. Banyak Gereja mempraktekkan cara persembahan ini. Besarnya persembahan itu bisa tepat sebagai persepuluhan, tetapi ada juga pemberian yang kurang atau bahkan lebih dari persepuluhan. Ada yang memberikannya di luar perayaan liturgis tetapi ada yang melakukannya sebagai bagian utuh dari perayaan liturgis. Kita mengenal bentuk pemberian sebagian dari hasil karya atau pendapatan kita pada saat perayaan liturgis dengan nama kolekte.



Pada hari Minggu, Hari Raya atau hari-hari perayaan khusus, biasanya dibuat kolekte untuk disatukan dengan bahan persembahan roti dan anggur serta bahan persembahan lain yang diarak ke altar agar diambil oleh pemimpin perayaan yang bertindak selaku Kristus yang menghargai setiap pemberian sekecil apa pun (bdk. Mat. 14:15-19). Kolekte bersama bahan persembahan lainnya seharusnya diterima dengan penuh sukacita dan dihargai dengan meletakkannya di suatu tempat yang pantas, sebaiknya dekat altar (bukan di atas meja altar), karena di atas altar hanya diletakkan bahan korban syukur Yesus Kristus yaitu roti dan anggur ((Pedoman Umum Misale Romawi no. 73 dan 140)


Apa saja yang dikumpulkan untuk dipersembahkan kepada Tuhan dan apa maknanya?


Bagi orang-orang miskin dan berkekurangan kolekte itu dapat membantu menciptakan keadilan untuk lebih banyak orang. Santo Yustinus dalam abad ke-tiga mengingatkan orang Kristen untuk tidak melalaikan kewajiban menolong orang miskin.


Ia menulis dalam Apologia I, no. 65: “Orang-orang yang berada dalam kelimpahan kalau ingin menyumbang hendaknya meletakkan itu di dekat si pemimpin yang akan menggunakannya untuk membantu, yatim piatu dan para janda, orang miskin yang sakit, para narapidana, orang-orang asing disekitarnya dan semua orang yang sangat membutuhkannya.



Kolekte merupakan tanda solidaritas dengan orang-orang kecil, juga dengan keluarga, lingkungan, wilayah dan paroki bahkan Keuskupan atau siapa saja yang menderita kekurangan tanpa batas wilayah maupun agama. Maka di beberapa tempat kolekte itu menjadi sumber untuk membentuk dana solidaritas. Ada banyak tempat yang membutuhkan dana untuk membangun dan memperlengkapi kebutuhan rumah sakit, panti asuhan atau rumah para lansia, selain rumah ibadat, dan pastoran atau gedung paroki dan ruang serba guna untuk berbagai kegiatan umum.



Dalam kenyataan ada banyak paroki yang jumlah kolektenya setiap minggu mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Namun tidak dapat disangkal bahwa banyak paroki hanya berhasil mengumpulkan kolekte mingguan sebanyak ratusan ribu atau bahkan hanya puluhan ribu rupiah. Mengapa? Umumnya orang langsung menunjukkan sebab perbedaan itu dalam tingkat kesejahteraan hidup para anggota persekutuan beriman di paroki masing-masing. Kolektenya besar karena umatnya kebanyakan kaya raya, kolektenya sedikit karena umatnya sebagian besar terdiri dari orang miskin. Mungkin ada benarnya, tetapi belum tentu selalu demikian.


Ayo Bangun Paroki Dari, Oleh dan untuk KITA

Sumber utama artikel ini :

Posting Komentar

0 Komentar