![Foto persawahan mbolata](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwKuPzkfWOejO8Uq2ApbpS314VE00yp6DEAGEfQViYow5USJgA8uWYGWCBEH79KBLGGBms8jCHErxnCG7spzZNh4JqFPLSUxpDXQ-2FKRdDf5oHTwPgNrDQzms_VzxN667cNi5-q0OgWIu3FlqGYHzdBOt7zETYfiZt1z_4A35TfZjNLtHFmr3LS3BXA/w640-h288/20220208_152414.jpg)
Persawahan Mbolata, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur
Yayasan Ayo Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur bekerjasama untuk atasi dampak perubahan iklim
Kita mesti memberi perhatian serius terhadap dampak Perubahan Iklim
umpungjayasiar.com, RUTENG. Yayasan Ayo Indonesia, salah satu mitra dari Tim Pusat Telaah dan Informasi Regional ( PATTIRO) di Nusa Tenggarai Timur bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk menyuarakan aksi pembangunan berAyo Jalan - jalan di kota wisata premium Labuan Bajoketahanan iklim yang inklusi melalui implementasi Program Voice for Inclusiveness Climate Resilience Action (VICRA).
Baca juga yang ini; Ayo Jalan - jalan di kota wisata premium Labuan Bajo
Rikhardus Roden Urut, Koordinator Program VICRA di Kabupaten Manggarai Timur mengatakan Program ini muncul sebagai salah satu respon terhadap pemanasan global yang terjadi selama 50 tahun terakhir, yang pengaruhnya terasa sampai ke seluruh belahan dunia termasuk Indonesia khususnya di Manggarai Timur. Salah satu, sektor yang mengalami dampak perubahan iklim adalah sektor pertanian.
Program ini didukung oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta yang bertujuan untuk menciptakan ruang sipil (civic space) bagi kelompok petani rentan dalam pembuatan dan penerapan kebijakan berketahanan iklim.
Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI : Pintu Itu Harus Dibukakan Pula Bagi Kita
Program ini didukung oleh Kedutaan Besar Belanda di Jakarta yang bertujuan untuk menciptakan ruang sipil (civic space) bagi kelompok petani rentan dalam pembuatan dan penerapan kebijakan berketahanan iklim.
Baca juga yang ini; Pojok KITAB SUCI : Pintu Itu Harus Dibukakan Pula Bagi Kita
Untuk diketahui, jelas Rikhard bahwa Potensi bahaya perubahan iklim di NTT, menurut laporan Kementrian BPN/Bappenas di sector pertanian termasuk ke dalam kategori tinggi, dimana produksi padi berpotensi mengalami penurunan sekitar, 10,1 % – 17,5 %. Untuk konteks Kabupaten Manggarai Timur, berdasarkan Kajian BAPPENAS, penanganan dampak perubahan iklim di sektor Pertanian masuk dalam kategori super prioritas.
Baca juga yang ini; Pater Nus Nurek, SVD : Moment merayakan Dirgahayu Republik Indonesia di Negara Republik Demokratik Congo-Afrika
Menurut Bejo Untung, Direktur Eksekutif PATTIRO, Secara Nasional Pemerintah Indonesia telah menghitung potensi kerugian Pendapatan Domestik Bruto akibat perubahan iklim di sektor Pertanian dengan total sebesar 19,94 triliun rupiah pada tahun 2024. Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (KPBI) untuk periode 2020-2045. Kebijakan ini tentu sebagai satu upaya untuk menjamin ketahanan pangan sebab jika tidak segera diatasi kita akan mengalami kekurangan persediaan pangan saat terjadi kondisi iklim eksrim, misalnya terjadi kekeringan, badai dan curah hujan dengan intensitas tinggi yang berdampak merusak.
Baca juga yang ini : Perubahan Iklim dan Kehilangan penghasilan dari para petani kecil di Perdesaan
Yohanes Sentis, SP, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur mengatakan tanda-tanda atau indikasi telah terjadi perubahan iklim di sector pertanian di Kabupaten Manggarai Timur, adalah 1) tinggi dan beragamnya jenis serangan hama dan penyakit pada tanaman pangan, seperti tanaman jagung dan padi sawah, 2) pola curah hujan yang terus mengalami perubahan, contoh selama ini di akhir Januari sampai dengan awal Pebruari biasanya curah hujan sangat tinggi tetapi curah hujan semakin kurang pada 3 tahun terakhir. Tetapi di awal Maret baru terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi sehinga terjadi bencana banjir di Pesisir Utara Kabupaten Manggarai Timur yang berdampak pada rusaknya tanaman jagung dan padi, 3) produktivitas hasil pertanian khususnya pangan dan hortikultura mengalami tren penurunan akibat pola curah hujan yang berubah dan tingginya tingkat serangan hama dan penyakit.
Baca juga yang ini : Perubahan Iklim sedang mengancam kita semua, khususnya kelompok-kelompok rentan
Baca juga yang ini : Perubahan Iklim sedang mengancam kita semua, khususnya kelompok-kelompok rentan
Kehadiran Yayasan Ayo Indonesia melalui Program VICRA, ungkap Jhon patut diberi apresiasi dan Dinas Pertanian siap bekerjasama untuk menyuarakan isu perubahan iklim kepada petani dan seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Manggarai Timur.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj7WYEqzkFHiozAUvgetX1Efm33Gt6MonnzNjmHHYTxKTRcSrgSnBK4OHS0c15qWFoPsY0X2G8pvY2S3g7olVJsT0TJnIB4AYokdSBxMGmc3qbNDABz0uspaY8av59PhAgEPrd-fZ9ldi1nCqZLAanZQ0zE0d8oG7Vv-p63GBQmDaJRm9xi6mnEoutItQ=w640-h640)
Staf Yayasan Ayo Indonesia berdiskusi tentang program VICRA dengan Yohanes Sentis, SP tentang Program VICRA di Ruang Kerjanya.
Lebih lanjut Jhon, Sabtu (15/3/2022) mengatakan kami merespon positif inisiatif Yayasan Ayo Indonesia dan mitranya untuk membantu Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur mensosialisasikan isu perubahan iklim kepada kelompok-kelompok tani, kelompok-kelompok Wanita Tani (KWT), kelompok Rentan, dan melakukan analisi kerentanan dan potensi adaptasi. Para petani umumnya tidak memiliki informasi dan pengetahuan tentang perubahan iklim, mereka perlu diberi edukasi.
Staf Yayasan Ayo Indonesia berdiskusi tentang program VICRA dengan Yohanes Sentis, SP tentang Program VICRA di Ruang Kerjanya.
Lebih lanjut Jhon, Sabtu (15/3/2022) mengatakan kami merespon positif inisiatif Yayasan Ayo Indonesia dan mitranya untuk membantu Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur mensosialisasikan isu perubahan iklim kepada kelompok-kelompok tani, kelompok-kelompok Wanita Tani (KWT), kelompok Rentan, dan melakukan analisi kerentanan dan potensi adaptasi. Para petani umumnya tidak memiliki informasi dan pengetahuan tentang perubahan iklim, mereka perlu diberi edukasi.
Baca juga yang ini : Hati hati, Perubahan Iklim ancam Ketahanan Pangan dan Sumber Penghidupan Keluarga Petani di Perdesaan
“Kami berharap melalui kajian kerentanan dan potensi adaptasi di komunitas nanti akan mendapatkan gagasan-gagasan alternatif terkait aksi adaptasi dan mitigasi untuk dimasukan ke dalam kebijakan agar perubahan iklim tidak merugikan petani pangan lebih dasyat lagi dimana mereka kehilangan matapencaharian dan mengalami kekurangan pangan. Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Pertanian berkomitmen untuk mengatasi dampak perubahan iklim, sehingga dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah tahun 2022, telah dialokasi anggaran sebesar Rp 124’985’440 untuk Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan,” Jelas Jhon.
Pendapat yang sama disampaikan juga oleh Petrus Subin, SKM, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Manggarai Timur, Sabtu (15/3/2022), Perubahan iklim telah terjadi di Manggarai Timur. Peristiwa kebencanaan yang terjadi pada tiga tahun terakhir, yakni terjadinya banjir bandang di beberapa tempat pada bulan Januari, seperti banjir Wae Bobo yang merendam pemukiman penduduk di Kampung Ujung, di Wae Reca menyebabkan rusaknya bendungan Wae Reca,serta bencana longsor yang merusak badan jalan di jalan Provinsi dan Kabupaten di Manggarai Timur kemudian Banjir bandang di Dampek, pantai utara pada bulan Pebruari 2022 yang menyebabkan rumah penduduk terendam banjir serta ratusan hektar sawah rusak, petani mengalami gagal panen.
Berdiskusi dengan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Manggarai Timur
Baca juga yang ini : Desa model pengembangan sorgum untuk pangan dan perbenihan di Manggarai Timur
Terkait Anggaran dari BPBD Manggarai Timur, ungkap Petrus untuk penanganan dampak bencana alam dalam APBD tahun 2022 induk, sebesar Rp. 175.000.000. Pemerintah Daerah juga menyediakan Dana Biaya Tak Terduga (BTT) dimana Penggunaannya tergantung jenis dan besarnya dampak bencana. Intinya Pemerintah Daerah Manggarai Timur selalu menyiapkan anggaran untuk mengatasi dampak bencana Alam.
Yohanes Nerdi, Duta Petani Andalan Kabupaten Manggarai Timur, asal Kampung Kalabumbu, Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba ketika dimintai pendapatnya tentang perubahan iklim mengemukakan bahwa kejadian cuaca ekstrim, pernah terjadi sejak tahun 2014 hingga 2021 dimana terjadi kekeringan dalam waktu yang cukup lama dan suhu udara sangat tinggi, sehingga banyak ternak sapi dan kerbau yang mati akibat kekurangan air dan pakan, sawah menjadi kering, gagal panen dialami petani sawah demikian juga petani hortikultura. Sebaliknya, pada saat terjadinya badai seroja di NTT tahun lalu, petani sawah dan hortikultura di wilayah Kecamatan Kota Komba sebagian besar mengalami gagal panen, tanaman padi dan sayur-sayuran rusak. Para Petani menjadi rentan untuk jatuh miskin akibat perubahan iklim, sebab mereka mudah kehilangan sumber penghidupan utama.
Baca juga yang ini : Kelompok Wanita Tani menanam padi Varitas Inpari nutrizinc lite untuk ketahanan pangan dan mengatasi stunting
“Maka sebaiknya Pemerintah Daerah dan Yayasan Ayo Indonesia melalui program VICRA nanti mampu meningkatkan pengetahuan atau kapasitas petani terkait perubahan iklim, menentukkan aksi adaptasi, mitigasi dan tehnologi tepat guna untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim, agar petani tetap berproduksi dan mereka menjadi petani yang tangguh,” saran Nerdi.
Penulis : Rikhardus Roden Urut
Menikmati segelas kopi arabika khas Manggarai FLORES
1 Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus