Header Ads Widget

Renungan Harian KATOLIK : JIKA memang tertanam benih baik dalam kebersamaan, yakinlah kebersamaan itu jadi indah.

(Pekan Biasa XVI, St Apolinaris dr Ravenna, St Brigitta dr Swedia, St Yohanes Kasianus)
Bacaan I Yeremia 7:1-11
Mazmur Tanggapan Mzm 84:3.4.6a.11.
Injil Matius 13:24-30

JIKA memang tertanam benih baik dalam kebersamaan, yakinlah kebersamaan itu jadi indah.

"Biarkan keduanya bertumbuh bersama, sampai waktu menuai" Mat 13:30

(Sinite utraque crescere usque ad messem...) Indahnya jika hidup bersama itu senantiasa ada dalam damai. Tak ada yang 'aneh-aneh' yang hanya 'bikin repot dan bikin pusing.' Saat semua orang saling memandang dalam senyum. Penuh sukacita.

TETAPI nyatanya? Kita mesti hadapi riak-riak dan badai kehidupan yang tak ringan. Alami saja dalam tampilan ekspresi wajah? Senyum kah selalu wajah tetangga? Dalam keluarga sendiri? Di tempat kerja? Dan dalam kebersamaan apapun? JIKA memang tertanam benih baik dalam kebersamaan, yakinlah kebersamaan itu jadi indah. Menjadi hidup dan bentangkan harapan. Membangkitkan semangat. Andaikan ada benih tak baik yang ditaburkan, maka alam kebakaran segera melanda.

Baca juga :

Pada masa Tuapun mereka masih berbuah


DAMAI, jiwa bersahabat, penuh maaf dan pengampunan, kesabaran, ketulusan hati serta sekian banyak buah-buah kehidupan baik itu kita usahakan dan memang kita belajar untuk merawatnya. Namun, kenapa kah begitu mudahnya benih-benih tak baik itu bertumbuh?

MAKA yang 'dihasilkan dari benih-benih tak baik itu' adalah hinaan, kesombongan, dengki, iri hati, fitnah, geram dan angkara murka, ingat diri, atau variasi dari sekian banyak kekerasan.

JIKA ladang yang dimaksudkan Yesus itu adalah diri kita sendiri, maka kita segera tahu: seperti apa benih-benih kekuatan diri yang kita miliki. Dan seperti apa kah pula benih-benih buruk yang malah kita 'rawat dan terus bertumbuh.' Terkadang, misalnya, 'tulus hati dan munafik' bisa bersanding bersamaan dalam ladang hati kita.

Baca juga :

Komunitas Rohani Vanclar Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong berdiakonia bagi orang sakit


TETAPI, semuanya tak berarti kita mesti larut dalam keputusasaan dan patah arang. Dipanggil untuk bertumbuh dan berkembang dalam kebaikan tetap menjadi harapan selama kita masih bernafas. Tentu benar kata si bijak itu, 'setiap orang saleh punya hari-hari silam yang tak selamanya bening; setiap orang bejat, masih punya hari esok dalam rahmat Tuhan.' AKAN tiba saatnya, ketika kita hadir seutuhnya di hadapan Tuhan pada 'saat panen raya.' Tuhan 'memilih yang terbaik dari diri kita; dan Ia membakar yang segala 'semak belukar dan aneka ilalang liar diri kita.' TETAPI, entahkah kita ikut hangus terbakar bersama segala belukar itu? Hanya Tuhan yang tahu pasti. Apa gerangan yang bakal terjadi dalam seluruh ziarah hidup kita.

Baca juga :

Membangun Gereja (Fisik) dengan memegang prinsip Dari, Oleh dan Untuk Kita di Paroki Ekaristi Kudus Ka Redong.


TETAPI kepadaNya, kita pasti harus kembali dalam harapan. Namun, setidaknya, dalam ladang kehidupan ini, kita syukuri apa yang ada. Jalani dan hadapi semua dengan senyum. Sambil tetap melakukan yang terbaik bagi sesama. Iya, bagi siapapun.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.

Amin

Pater Kons Beo, SVD

Posting Komentar

0 Komentar