Header Ads Widget

Renungan harian KATOLIK : INGIN meraih yang lebih besar? Maka lepaskan segala 'yang kecil dan kurang berarti.'

Rabu, 27 Juli 2022 (Pekan Biasa XVII, St Arethas, St Aurelius dr Cordoba, St Felix dr Cordoba)
Bacaan I Yeremia 15:10.16-21
Mazmur Tanggapan Mzm 59:2-3.4-5a.10-11.17.18
Injil Matius 13:44-46

P. Kons Beo, SVD

"Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga....." Mat 13:46

(Invènta autem una prestiòsa margarìta....)


ADA banyak hal yang kita cari dalam hidup ini. Ada pula keinginan kuat untuk memilikinya. Namun, ada pertanyaan mendasar di baliknya: Apakah hal itu sungguh bernilai? Miliki makna bagi diri dan perjalanan hidup ini? 

Baca juga :

Pojok Kitab Suci ; Mari Mendengarkan Dengan Telinga Hati

YANG dicari dan dikejar serta yang ingin dipunyai itu pasti memiliki nilai istimewa. Tetapi, apakah semudah itu untuk dapat meraih sesuatu yang berharga? Ada banyak hal yang kita dapati 'sebagai pemberian.' Tetapi, kata orang, sesuatu yang kita gapai lewat perjuangan sendiri terasa lebih kuat bermakna.  

MENGEJAR demi meraih sesuatu yang bernilai tentu butuhkan 'ongkos yang tak sedikit.'  Proses untuk memperolehnya menuntut perjuangan, kesetiaan dan terutama pengorbanan. Ibarat orang yang ingin memperoleh hasil ladang yang menggembirakan, tentu darinya dituntut pertarungan yang tak sedikit dan mudah.

Baca juga :

Satu Permenungan : Jangan Sampai Kita Kehilangan Ruang Kosong

INGIN meraih yang lebih besar? Maka lepaskan segala 'yang kecil dan kurang berarti.' Ibarat 'lepaskan semua milik' demi membeli ladang yang di dalam areanya 'terdapat harta terpendam.' Ibarat pula telah temukan mutiara dan lalu mesti ikhlas lepaskan segalanya. Demi mendapatkan mutiara itu. 

BAGI kita, iman adalah harta kita paling istimewa. Agar iman itu tetap jadi harta terindah dan subur, tentu ada sekian banyak hal yang mesti dipertaruhkan. Itulah yang mesti terjadi. Demi sesuatu yang lebih berarti, kita memang mesti membiarkan berlalu yang datar dan hampa.  

Baca juga :

Pojok KITAB SUCI ; Tubuh dan Darah Kristus dan Ironia Sambut Baru

BAGAIMANA pun, rasa sukacita tak boleh senyap dari dalam batin. Apa yang dinilai berarti dan ingin dimiliki mesti membawa sukacita (cf Mat 13:44). Tak boleh ada arus keterpaksaan dan rasa berat hati 'menjual semuanya' demi meraih yang berharga itu. Ingin meraih sesuatu yang berharga di tempat di mana Tuhan utus dan berikan tanggungjawab dalam hal apa saja, maka apa pun yang terjadi dengan segala yang mesti dihadapi, tak pernah boleh pudarkan dan lunturkan rasa sukacita.

Baca juga :

Pojok KITAB SUCI ; Tetap Kuatlah dalam Kesabaran

BERBAHAGIALAH Anda kalian yang telah tahu pasti seperti apa harta terpendam dan mutiara berharga itu. Yang telah Anda cari dan telah Anda temukan pula. Betapa hati Anda dipenuhi sukacita berlimpah.  

ANDA kalian telah jadi panutan yang 'OK punya' bagi yang masih tetap asyik 'mencari di ladang yang salah dan tak seharusnya.' Anda kalian menjadi contoh terbaik bahwa yang dicari  adalah Kerajaan Sorga dan segala kebenarannya. Dan bukannya demi 'kebesaran kerajaan sendiri. Dan bukan dengan segala harta yang dipendam-pendam. Pun yang ditumpuk-tumpuk.'

Baca juga :

Pojok KITAB SUCI : Itukah yang Kita Sebut sebagai Doa?

TETAPI, harta terpendam dan mutiara berharga itu bisa pula berupa litania nilai-nilai hidup. Jika kita, misalnya, telah temukan harta pengampunan , maka dengan penuh sukacita, kita pasti biarkan berlalu segala dendam dan amarah. Bila kita sungguh telah temukan harta keramahan terhadap orang lain, maka tentu kita pasti membuang jauh-jauh tendensi kebencian dan rasa ketidaksukaan. 

MAKA, berjuanglah untuk bisa menemukan harta terpendam dan mutiara yang berharga itu. Yakinlah, kita pasti membiarkan pergi segala yang lama. Segala usang, pasti kita buang. Sebab yang mesti bertakhta di hati kita adalah rasa penuh sukacita sebagai anak-anak Allah.


Bukankah demikian?


Verbo Dei Amorem Spiranti


Tuhan memberkati.

Amin

Posting Komentar

0 Komentar