Header Ads Widget

Belajar dari SVD LAUDATO SI’ FARM di Divine Word Seminary Tagaytay Filipina


“Melakukan Tani” Di Masa Pandemik


Divine Word Seminary Tagaytay Filipina (Rumah Formasi dan Studi Teologi calon Imam SVD Filipina Tengah) sejak tahun 2020 hingga sekarang telah secara berhasil memanfaatkan kebun dan lahan kosong selama masa pandemik.


Divine Word Seminary Tagaytay Filipina (rumah formasi dan studi teologi calon imam SVD Filipina Tengah) sejak tahun 2020 hingga sekarang telah secara berhasil memanfaatkan kebun dan lahan kosong selama masa pandemik. Lahan seminari yang tidak ditanam tanam-tanaman, ditumbuhi rumput liar dan ilalang, kemudian digarap dan disulap menjadi sebuah kebun dan taman yang indah. Kebun ini diberi nama SVD LAUDATO SI’ FARM. Diberi nama demikian, karena SVD Filipina Tengah, khususnya seminari Tagaytay, mau menanggapi secara nyata dalam aksi dan karya seruan dan amanat dari Paus Fransiskus Laudato Si’ (tahun 2016) yang berbicara khusus tentang merawat bumi karena bumi adalah ibu kita bersama.

Baca juga :

Ayo Jalan - jalan di kota wisata premium Labuan Bajo

SVD LAUDATO SI’ FARM adalah sebuah kebun/taman agricultural dan sekaligus tempat doa. Oleh karena itu, di kebun ini tidak hanya ditanam sayur dan buah-buahan, ternak (ayam, babi dan kambing) tetapi juga dibangun Gua Maria, Kapela kecil, bunga, dan masih banyak hal lainnya.

Sekurang-kurangnya, ada tiga alasan mengapa kebun ini dimanfaatkan. Pertama, sebagai sebuah tanggapan atas ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si’. Kedua, bertujuan untuk mengembangkan usaha kemandirian dalam mendanai hidup seminari. Ketiga, bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi orang miskin dan yang membutuhkan.



Kira-kira apa yang bisa kita petik dari ulasan dan contoh usaha Bertani seperti digambarkan di atas?

Jawabannya ialah agar kita giat melakukan tani serta mengoptimalkan lahan yang ada. Pada umumnya, mata pencaharian kita orang Manggarai ialah bertani. Dari pada hanya menjual tanah atau lahan dan pada akhirnya lupa “caranya bertani dan menggarap lahan,” dengan alasan tertentu dan kurang mendesak, diharapkan identitas diri sebagai petani diperjelas, diperteguh, dan dipertebal dengan senantiasa “melakukan” usaha tani.

Baca juga :

Kelompok Wanita Tani menanam padi Varitas Inpari nutrizinc lite untuk ketahanan pangan dan mengatasi stunting


Spiritualitas Petani: Duet dengan “Yang Ilahi”

Yesus pun dalam pewartaan-Nya selalu mengambil contoh dari kegiatan pertanian. Misalnya, Yesus berbicara tentang seorang penabur yang menaburkan benih yang baik di tanah yang baik pula (Matius 13:1-9), atau tentang orang yang menabur benih di tanah, di mana pada malam hari dia tidur dan siang hari dia bangun tanpa pernah tahun kapan dan bagaimana benih itu tumbuh dan berkembang hingga musim panen tiba (Markus 4:26-29), Yesus memberika makan 5000 orang (Yohanes 6:1-15). Semunya ini merupakan contoh bagaimana Yesus memberikan kehidupan kepada semua orang percaya kepada-Nya. Dan dari perumpamaan-perumpamaan ini, bertani bukanlah sekadar aktivitas pertanian, namun lebih pada bagaimana spiritualitas petani itu dibentuk.

Baca juga :

Pater Nus Nurek SVD ; Fufu asal Ubi Kayu ternyata pangan sehat dan bergizi di Republik Kongo...

Spiritualitas petani itu terletak pada pengoptimalan potensi dan bakat dalam diri secara bertanggung jawab serta membantu sesama untuk bisa mengoptimalkan dan mengaktualisasikan dirinya dalam kerja. Menanam dengan penuh kasih dan penuh doa. Setelah menanam, lalu merawatnya dengan cara mengairi, membersihkan hingga mendapatkan hasilnya pada waktu panen. Dengan kata lain, spiritualitas petani dan melakukan tani itu adalah sebuah “duet” yang indah dengan Yang Ilahi. Yang Ilahi menyiapkan lahan; dan yang melakukan tani/berduet adalah kita yang bekerja sama dengan-Nya melalui pengotimalan lahan untuk dirawat, dikerjakan dan menghasilkan sesuatu untuk menutrisi hidup sendiri dan orang lain. 
Kira-kira sebagai petani, pikiran seperti apa yang perlu kita tanamkan bersama?

Baca juga :

Aksi bantu penderita Polio di Bulan Rosario

Pertama, kita boleh menjadi lebih militan dalam usaha tani, namun mesti dibarengi oleh solidaritas. Militansi yang dimaksudkan di sini ialah fokus pada usaha pertanian demi mencapai hasil yang diharapkan. Sedangkan solidaritas maksudnya ialah agar kita bisa membantu orang lain khususnya yang memerlukan hasil tanaman dan komoditi sebagai bahan pokok makanan ataupun bisnis. Singkatnya, kita menanam dan memanen bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk kepentingan banyak orang.



Kedua, bertani merupakan sebuah pekerjaan nyang mulia. Perlu diingat bahwa petani sangat berjasa bagi Negara dan Gereja terutama dalam bidang ekonomi. Tanpa petani, nasi dan roti mungkin tak bisa diproduksi karena bahan dasarnya diusahakan dan disediakan oleh para petani.

Baca juga :

Wadah Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP) Santo Arnoldus Janssen bersama Dewan Pastoral Paroki selenggarakan pendidikan tentang Melek Keuangan

Ketiga, bertani merupakan sebuah berkat. Alasannya ialah karena bertani selalu mendatangkan kebaikan, kebahagiaan, keberuntungan dan keselamatan. Atau seperti yang sudah dikatakan “duet dengan Yang Ilahi.”

Maka marilah dengan penuh giat dan gairah kita melakukan tani serta memanfaatkan halaman dan kebun di sekitar rumah kita dengan baik. Dengan merawat dan memanfaatkan kebun dan halaman yang ada, kita sebenarnya sedang merawat dan melestarikan hidup kita sendiri, keluarga, anak-anak; dan bumi kita serta bertanggung jawab atas lahan yang Tuhan berikan untuk kita.

Selamat melakukan dan melanjutkan tani. Tuhan memberkati.

Kontributor ; P. Rino Bardi, SVD

Tagaytay, Filipina 29 Juni 2022.




Insert: Galeri Foto

Posting Komentar

0 Komentar